Senin, November 25, 2024
BerandaPolitikKoalisi Prabowo-Gibran Ditolak Partai Gelora, Berikut Penjelasannya

Koalisi Prabowo-Gibran Ditolak Partai Gelora, Berikut Penjelasannya

- Advertisement -

Koalisi Prabowo-Gibran Tolak Tawaran PKS, Gelora Ungkap Kekhawatiran Pembelahan Ideologis

Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia dengan tegas menolak usulan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk bergabung dalam koalisi yang mengusung Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Penolakan ini dilandasi kekhawatiran akan potensi pembelahan ideologis di kalangan pendukung PKS.

Gelora, yang merupakan sempalan dari PKS, saat ini menjadi pendukung utama pasangan Prabowo-Gibran pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Sebaliknya, PKS merupakan pengusung koalisi Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN).

Sekretaris Jenderal Partai Gelora Indonesia, Mahfuz Sidik, menyatakan bahwa bergabungnya PKS ke koalisi Prabowo-Gibran akan menimbulkan sinyal pemisahan antara elite partai dengan basis ideologisnya.

“Jika PKS bergabung dengan alasan proses politik telah selesai, apakah semudah itu mereka mengesampingkan narasi ideologisnya? Apa kata pendukung fanatiknya? Tampaknya ada pembelahan sikap antara elite PKS dan massa pendukungnya,” ujar Mahfuz.

Mahfuz mengungkit serangan negatif yang dilancarkan PKS terhadap pasangan Prabowo-Gibran selama masa kampanye Pilpres 2024, khususnya kepada Gibran.

“Selama kampanye, di kalangan PKS muncul banyak narasi ideologis yang menyerang sosok Prabowo-Gibran,” katanya.

Dia juga mengingatkan masyarakat tentang narasi yang diduga berasal dari kalangan PKS, yang menganalogikan dukungan Anies Baswedan sebagai calon Gubernur DKI Jakarta pada 2017 oleh Partai Gerindra dengan Nabi Musa yang tidak berutang kepada Firaun.

- Advertisement -

“PKS kerap memunculkan narasi yang mengadu domba dan membelah masyarakat. Salah satu contohnya adalah cap pengkhianat kepada Prabowo karena bergabung dengan pemerintahan Jokowi-Ma’ruf pada 2019, yang menurut kami berasal dari PKS,” tutur Mahfuz.

Dia menekankan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto selalu mengingatkan untuk menghindari narasi yang memecah belah politik dan ideologi.

“Narasi-narasi semacam itu berisiko membelah masyarakat secara politis dan ideologis. Padahal, itulah yang sering diingatkan oleh Presiden Jokowi dan capres Prabowo,” pungkas Mahfuz.

- Advertisement -
Advertisement
RELATED ARTICLES

Tetap Terhubung

199,856FansSuka
215,976PengikutMengikuti
152,458PengikutMengikuti
284,453PelangganBerlangganan

Most Popular