Minggu, November 24, 2024
BerandaInternasionalGelombang Panas Ancam Mata Pencaharian Petani Vietnam: Tantangan Terbaru Dalam Perjuangan Petani

Gelombang Panas Ancam Mata Pencaharian Petani Vietnam: Tantangan Terbaru Dalam Perjuangan Petani

- Advertisement -

Suratsuara.com – Vietnam, negeri yang subur dengan ladang-ladang hijau yang melintasi dataran suburnya, sekarang menghadapi ancaman serius yang dapat menghancurkan mata pencaharian petani. Gelombang panas yang intens dan berkepanjangan menjadi momok baru bagi para petani di negara ini, mengancam untuk merusak tanaman dan mengganggu siklus pertanian yang telah diandalkan selama berabad-abad.

Sebagai salah satu negara penghasil pertanian utama di Asia Tenggara, Vietnam memiliki sejarah panjang sebagai negara agraris. Petani di sini telah mengandalkan siklus musim yang teratur untuk menanam dan panen hasil bumi. Namun, dengan perubahan iklim yang semakin tidak terduga, gelombang panas yang ekstrem dan tidak biasa menjadi ancaman yang harus dihadapi.

Pada musim panas tahun lalu, Vietnam diserang oleh gelombang panas yang membara, suhu mencapai rekor tertinggi dalam sejarah. Para petani merasakan dampaknya secara langsung: tanaman layu, tanah mengering, dan sumber air menyusut. Sektor pertanian, yang menjadi tulang punggung ekonomi pedesaan, merasakan getaran kuat dari ketidakpastian ini.

Salah satu kelompok yang paling terpukul adalah petani padi. Padi, sebagai makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Vietnam, menjadi tanaman kunci yang terancam oleh gelombang panas. Tanaman padi memerlukan banyak air, dan ketika suhu melonjak, kebutuhan akan irigasi yang cukup menjadi sulit dipenuhi. Ini meningkatkan risiko gagal panen, mengancam ketersediaan pangan di negara ini.

Selain itu, tanaman komersial seperti kopi dan karet juga terpengaruh. Vietnam dikenal sebagai salah satu produsen kopi terbesar di dunia, dan industri karet juga menghasilkan pendapatan yang signifikan. Namun, dengan panas yang meningkat, produksi kopi dan karet dapat menurun secara signifikan, mengancam pendapatan petani dan ekonomi nasional secara keseluruhan.

Tidak hanya tanaman yang terpengaruh oleh gelombang panas ini, tetapi juga kesehatan petani sendiri. Pekerja pertanian yang terpapar secara langsung dengan suhu tinggi berisiko mengalami kelelahan panas, dehidrasi, dan bahkan pingsan. Ini tidak hanya mengganggu produktivitas mereka tetapi juga menempatkan kesehatan mereka dalam bahaya.

Namun, dalam menghadapi tantangan ini, petani Vietnam tidak berdiam diri. Mereka mengadopsi berbagai strategi untuk mengurangi dampak dari gelombang panas yang ekstrem ini. Salah satunya adalah dengan mengubah pola tanam mereka, memilih varietas tanaman yang lebih tahan terhadap panas dan kekeringan. Mereka juga meningkatkan sistem irigasi dan manajemen air untuk memastikan tanaman tetap terhidrasi.

Pemerintah Vietnam juga terlibat dalam upaya penanggulangan ini. Mereka memberikan bantuan kepada petani dalam bentuk subsidi untuk teknologi pertanian yang lebih inovatif dan ramah lingkungan. Selain itu, program-program pendidikan dan pelatihan diperkenalkan untuk meningkatkan pemahaman petani tentang perubahan iklim dan cara mengatasi dampaknya.

- Advertisement -

Tantangan gelombang panas bagi petani Vietnam menggarisbawahi pentingnya respons yang berkelanjutan terhadap perubahan iklim. Perlindungan terhadap petani dan sistem pertanian harus menjadi prioritas utama bagi pemerintah dan organisasi internasional. Pengembangan strategi adaptasi yang tangguh dan berkelanjutan menjadi kunci untuk menjaga mata pencaharian petani, keamanan pangan, dan stabilitas ekonomi di Vietnam, serta di seluruh dunia.

Gelombang panas di Vietnam memperburuk kondisi lingkungan di wilayah Delta Mekong dan para petani serta pekerja musiman mengatakan kepada VOA bahwa panas menyebabkan kondisi kerja yang sangat melelahkan dan mengurangi hasil panen.

Gelombang panas ini dipicu oleh pola cuaca El Ninoyang menyebabkan kondisi lebih panas dan kering di Vietnam.

Kepala Pusat Hidro-Meteorologi Regional Selatan Le Dinh Quyet mengatakan kepada kantor berita lokal VnExpress bahwa suhu puncak melanda wilayah selatan awal tahun ini akibat El Nino dan gelombang panas yang dimulai awal Maret diperkirakan akan berlanjut hingga April. Kondisi demikian menunda awal musim hujan. Demikian seperti dilansir VOA Indonesia, Sabtu (6/4).

- Advertisement -

Dosen di Universitas Terbuka Kota Ho Chi Minh yang berspesialisasi dalam Hidrologi Vo Quang Tuong menuturkan kepada VOA melalui email bahwa El Nino “diperkirakan akan memperburuk cuaca ekstrem dan peristiwa iklim seperti gelombang panas, banjir, dan kekeringan”.

Di Ho Chi Minh City, seorang pengemudi Grab yang berusia 60-an tahun mengatakan kepada VOA bahwa suhu udara sangat panas pada siang hari saat dia membawa penumpang dengan sepeda motornya.

“Anda merasakan panas yang terpantul dari aspal dan langit,” katanya. “Kombinasi ini membuat panasnya tidak tertahankan.”

Pengemudi Grab lainnya, berusia 20-an, mengatakan kepada VOA pada hari yang sama bahwa dia mulai bekerja setelah pukul 16.00 untuk menghindari terik matahari selama jam-jam.

“Saya rasa tidak ada gunanya bekerja di bawah cuaca yang sangat panas. Saya rasa kita tidak perlu mengorbankan kesehatan kita,” imbuhnya.

- Advertisement -
Advertisement
RELATED ARTICLES

Tetap Terhubung

199,856FansSuka
215,976PengikutMengikuti
152,458PengikutMengikuti
284,453PelangganBerlangganan

Most Popular