Selasa, November 26, 2024
BerandaBisnisRupiah Tertekan Oleh Dolar AS: Analisis Dan Proyeksi Ekonomi

Rupiah Tertekan Oleh Dolar AS: Analisis Dan Proyeksi Ekonomi

- Advertisement -

Suratsuara.com – Pada pertengahan tahun 2024, mata uang Rupiah Indonesia menghadapi tekanan signifikan terhadap Dolar Amerika Serikat (AS), menciptakan kekhawatiran di kalangan para pelaku pasar dan ekonom. Meskipun Indonesia telah mengalami periode pertumbuhan ekonomi yang stabil dalam beberapa tahun terakhir, pergerakan Rupiah yang cenderung melemah terhadap Dolar AS menimbulkan pertanyaan tentang faktor-faktor yang mendasarinya dan dampaknya pada perekonomian Indonesia.

Salah satu faktor yang mempengaruhi melemahnya Rupiah adalah ketidakpastian global yang dipicu oleh berbagai faktor, termasuk kebijakan moneter dari Bank Sentral AS (The Federal Reserve), ketegangan perdagangan internasional, dan fluktuasi harga komoditas global. Keputusan Bank Sentral AS untuk menaikkan suku bunga atau menarik stimulus moneter dapat mempengaruhi arus modal ke dan dari negara-negara berkembang seperti Indonesia. Investor cenderung mencari tempat yang lebih aman untuk menanamkan modal mereka, yang sering kali mengakibatkan aliran keluar modal dari pasar keuangan Indonesia.

Selain itu, faktor internal seperti defisit neraca perdagangan dan defisit anggaran juga berkontribusi terhadap pelemahan Rupiah. Defisit neraca perdagangan yang terus menerus dapat mengakibatkan ketergantungan yang lebih besar pada impor, yang pada gilirannya meningkatkan permintaan akan Dolar AS. Defisit anggaran yang tidak terkendali juga dapat menyebabkan kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi dan mempengaruhi sentimen investor terhadap mata uang Rupiah.

Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi pemerintah dan Bank Indonesia untuk mengambil langkah-langkah yang tepat guna merespons pergerakan Rupiah yang melemah. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah dengan menjaga stabilitas makroekonomi melalui kebijakan fiskal dan moneter yang bijaksana. Pemerintah juga perlu mendorong diversifikasi ekonomi dan meningkatkan daya saing industri dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada impor.

Namun demikian, tidak semua aspek pelemahan Rupiah adalah negatif. Pelemahan mata uang domestik ini juga dapat membawa manfaat, seperti meningkatkan daya saing produk ekspor Indonesia di pasar internasional dan mendorong pertumbuhan sektor pariwisata. Selain itu, bagi sektor industri dalam negeri, pelemahan Rupiah dapat meningkatkan daya saing produk-produk domestik di pasar domestik, mengingat barang-barang impor menjadi lebih mahal.

Dalam menghadapi kondisi ini, ekonom Indonesia dan para pengambil kebijakan perlu melakukan analisis yang mendalam dan proyeksi yang cermat tentang arah pergerakan Rupiah ke depan. Keterlibatan yang aktif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, Bank Indonesia, pelaku pasar, dan masyarakat umum, sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas mata uang dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di masa depan.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan Jumat, 12 April 2024. Selama libur Lebaran 2024, rupiah cenderung lesu terhadap dolar AS.

Berdasarkan data Google Finance, dikutip Sabtu, (13/4/2023),nilai tukar rupiah sudah tembus level 16.000 per dolar AS. Tepatnya pada pukul 21.55 WIB, rupiah berada di posisi 16.135 per dolar AS pada Jumat, 12 April 2024. Terakhir, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.117,80.

- Advertisement -

Berdasarkan data tradingeconomics.com pada Sabtu, 13 April 2024, rupiah menguat terhadap dolar AS sebesar 0,49 persen ke posisi 16.110. Selama libur Lebaran 2024, berdasarkan data tradingeconomics, rupiah cenderung melemah terhadap dolar AS.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menuturkan, rupiah melemah seiring harapan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) masih akan menahan suku bunga acuan lebih lama dari perkiraan pada Juni 2024. “Kemungkinan (penurunan-red) bergeser ke kuartal IV 2024 karena ekonomi AS yang masih solid,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu pekan ini.

David menilai, pelemahan rupiah masih wajar. Hal ini seiring mata uang negara berkembang lainnya melemah. “Masih wajar. Hitungan saya memang fundamental rupiah harusnya sudah di atas 16 ribu. Negara-negara berkembang lain banyak yang melemah di atas 5 persen, rupiah hanya 2,5 persen year to date (ytd). Yen Jepang saja sudah melemah 15 persen ytd,” tutur dia.

Selain itu, Bank Indonesia (BI), menurut David aktif melakukan stabilisasi rupiah sejak bulan lalu. Hal ini juga berdampak terhadap cadangan devisa pada Maret 2024 sekitar USD 4 miliar. Pada 28 Maret 2024, cadangan devisa tercatat USD 140,39 miliar.

- Advertisement -

“(Cadangan devisa-red) April kemungkinan juga masih turun karena pembayaran dividen, pembayaran utang dan upaya stabilitasi rupiah oleh BI,” kata dia.

David prediksi, ke depan dalam jangka pendek, rupiah masih akan dinamis dengan kecenderungan melemah sesuai dengan perkembangan data ekonomi AS.

Mengenai dampak pelemahan rupiah terhadap ekonomi, David menilai, ekonomi Indonesia masih solid asalkan rupiah tidak terlalu volatile. Selain itu, indeks kepercayaan bisnis dan konsumen masih akan menguat.

Ia mengusulkan sejumlah langkah-langkah untuk stabilkan rupiah terutama ke arah stabilisasi sehingga tidak terlalu volatile di pasar non deliverable forward (NDF), SBN dan spot. “Kebijakan devisa hasil ekspor juga perlu dioptimalisasi,” kata dia.

David prediksi rupiah akan bergerak di kisaran 15.800-16.200 terhadap dolar AS pekan depan.

Sebelumnya diberitakan, Indeks dolar Amerika Serikat (USD) melemah menjelang akhir pekan dan libur Lebaran pada Jumat, 5 April 2024.

USDmelemah ketika antisipasi data utama nonfarm payrolls mendorong lebih banyak kehati-hatian terhadap suku bunga Federal Reserve.

Selain itu, juga ada kekhawatiran akan memburuknya konflik di Timur Tengah, ketika Iran mengancam akan melakukan tindakan militer terhadap Israel, membuat selera risiko sebagian besar tetap lemah. Adapun perdagangan regional yang melemah karena libur di pasar Tiongkok.

“Komentar hawkish dari pejabat Federal Reserve juga mendukung greenback, setelah Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan bahwa inflasi yang tinggi dapat menyebabkan bank sentral tidak memangkas suku bunga sama sekali pada tahun 2024,” ungkap Ibrahim Assuaibi, Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka dalam paparan tertulis, dikutip Jumat (5/4/2024).

Komentar Kashkari datang menyusul serangkaian sinyal serupa dari pejabat The Fed lainnya. Hal itu memicu kerugian besar di Wall Street dan membuat sebagian besar pedagang waspada terhadap aset-aset yang didorong oleh risiko.

Sementara itu, di Asia, beberapa pejabat tinggi Jepang memperingatkan risiko pelemahan Yen yang berkelanjutan dapat menyebabkan pemerintah melakukan intervensi di pasar mata uang. Ini menjadi peristiwa yang pasti akan memicu kenaikan kuat yen dalam jangka pendek.

“Namun komentar terbaru dari pejabat BOJ juga menunjukkan bahwa mereka memperkirakan akan lebih memperketat kebijakan moneter tahun ini di tengah meningkatnya inflasi,” jelas Ibrahim.

Rupiah ditutup menguat 44 point dalam perdagangan Jumat sore (5/4), walaupun sebelumnya sempat melemah 25 point dilevel 15.848 dari penutupan sebelumnya di level 15.892.

Sedangkan untuk perdagangan pada 16 April 2024 mendatang,Rupiahdiprediksi fluktuatif tetapi ditutup menguat direntang 15.810-15.870

Posisi cadangan devisa Indonesia melanjutkan tren penurunan pada Maret 2024.

Bank Indonesia (BI) mencatat, cadangan devisa Indonesia mencapai USD 140,4 miliar pada akhir Maret 2024, menurun dibandingkan posisi USD 144,0 miliar pada akhir Februari 2024.

Penurunan ini antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah, antisipasi kebutuhan likuiditas valas korporasi, dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah seiring dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

Sedangkan, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Meski turun, Ibrahim melihat, posisi cadangan devisa tersebut tetap tinggi.

“Di samping itu, Bank Indonesia juga menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” katanya.

Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa akan tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi nasional yang terjaga, seiring dengan sinergi respons bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia. Dan pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” tutup Ibrahim.

- Advertisement -
Advertisement
RELATED ARTICLES

Tetap Terhubung

199,856FansSuka
215,976PengikutMengikuti
152,458PengikutMengikuti
284,453PelangganBerlangganan

Most Popular