Suratsuara.com – Batu ginjal adalah masalah kesehatan yang dapat menyebabkan rasa sakit yang parah dan komplikasi serius pada sistem kemih. Ada mitos yang beredar bahwa pria lebih rentan mengalami batu ginjal daripada wanita. Namun, apakah benar demikian? Mari kita telaah lebih dalam apakah hal ini merupakan mitos belaka atau fakta berdasarkan penelitian medis terkini.
Apa Itu Batu Ginjal?
Sebelum kita membahas lebih jauh, penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan batu ginjal. Batu ginjal adalah endapan keras yang terbentuk dari kalsium, oksalat, asam urat, atau zat-zat lain yang ada dalam urine. Batu ini bisa berukuran kecil seperti pasir atau cukup besar sehingga menyebabkan obstruksi pada saluran kemih.
Mitos Pria Lebih Rentan
Dalam masyarakat, seringkali kita mendengar anggapan bahwa pria lebih rentan terkena batu ginjal daripada wanita. Anggapan ini bisa jadi berasal dari pemikiran bahwa pria cenderung memiliki gaya hidup yang kurang sehat, seperti konsumsi alkohol yang berlebihan atau diet yang tidak seimbang, yang dapat meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal.
Fakta dari Penelitian
Namun, menurut penelitian medis terbaru, klaim bahwa pria lebih rentan terkena batu ginjal tidak sepenuhnya benar. Faktanya, studi menunjukkan bahwa kadar hormon tertentu, seperti estrogen pada wanita, dapat membantu mencegah pembentukan batu ginjal. Selain itu, faktor-faktor lain seperti asupan cairan, diet, dan riwayat medis keluarga juga memainkan peran penting dalam risiko seseorang terkena batu ginjal.
Faktor Risiko Batu Ginjal
Beberapa faktor risiko yang berkontribusi pada pembentukan batu ginjal antara lain:
- Kurangnya asupan cairan yang dapat menyebabkan urine menjadi terlalu pekat, meningkatkan kemungkinan endapan zat-zat yang membentuk batu.
- Diet tinggi protein atau garam, yang dapat meningkatkan konsentrasi zat-zat yang dapat membentuk batu.
- Kondisi medis tertentu seperti penyakit ginjal, hiperparatiroidisme, atau asam urat tinggi.
- Faktor genetik, di mana riwayat keluarga dengan masalah batu ginjal dapat meningkatkan risiko seseorang.
Pencegahan dan Pengelolaan
Meskipun ada faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami batu ginjal, ada langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil untuk mengurangi risiko tersebut:
- Minum cukup air setiap hari untuk menjaga urine tetap terhidrasi dan mencegah endapan zat-zat yang membentuk batu.
- Menerapkan pola makan seimbang dengan mengurangi asupan garam, protein hewani, dan oksalat tinggi.
- Mengontrol berat badan dan menjaga gaya hidup sehat secara umum.
Ada yang menyebut bahwa pria lebih banyak mengalami batu ginjal dibandingkan wanita. Terkait hal ini dokter spesialis bedah urologi Yacobus Prangbuwono mengatakan bahwa secara teori memang dikatakan bahwa pria lebih banyak yang kena batu ginjal.
Namun, pada kejadian yang ditemukan di ruang praktek kasus batu ginjal antara pria dan wanita tidak berbeda.
“Kalau secara teori memang pada laki-laki memang lebih banyak, tapi secara insidenn tidak terlalu bermakna antara pria dan wanita,” kata Yacobus.
Lebih lanjut, dokter yang sehari-hari praktik di RS EMC Sentul Bogor ini mengatakan bahwa ada faktor risiko yang membuat seseorang jadi lebih rentan terkena batu ginjal atau nefrolitiasis.
Faktor risiko yang pertama adalah herediter atau faktor keturunan.
“Bila ada anggota keluarga yang memiliki batu ginjal itu lebih berisiko mengalami hal tersebut. Entah bapak, ibu, saudara, om atau kerabat,” kata Yacobus dalamJangan Remehkan Batu Ginjal! Yuk Cegah dan Kenali Penanganannyabersama EMC pada Senin, 25 Maret 2024.
Faktor kedua adalah riwayat penyakit tertentu. Seseorang dengan hipeparatiroid, gangguan metabolisme tubuh, serta pasien obesitas yang terbatas bergerak memiliki risiko lebih tinggi mengalami batu ginjal.
Faktor ketiga, konsumsi suplemen atau vitamin C yang berlebihan dari yang tubuh butuhkan juga bisameningkatkan risikokemunculan batu ginjal.
“Misalnya konsumsi suplemen tinggi kalsium atau vitamin C, sehingga ketika sudah cukup dalam tubuh tapi mendapat tambahan dari luar yang membuat kadarnya tinggi maka ketika difiltrasi ginjal itu memungkinkan terjadinya batu,” kata dokter lulusan Universitas Airlangga Surabaya ini.
Lalu, pasien yang mengalami riwayat kekurangan cairan yang kronis seperti dehidrasi atau diare kronis juga memiliki risiko alami batuginjal.
“Ya, kurang asupan cairan atau minum yang kurang,” katanya.
Gejala paling tersering seseorang dengan batu ginjal adalah nyeri pinggang.Meski sudah berganti posisi sekalipun nyeri tak berkurang.
“Lewat berbagai posisi, nyeri di pinggang itu tidak berkurang. Mau duduk, berdiri, miring kanan atau kiri, gejala tidak berkurang,” kata Yacobus.
Selain nyeri pinggang, Yacobus dan Johan mengatakan gejala batu ginjal lain yang sering dikeluhkan pasien diantaranya:
– Buang urine yang berwarna merah atau ada darahnya
– Bila disertai infeksi pasien bakal mengalami demam
– Mual dan muntah
– Tidak bisa buang air kecil, lantaran ginjal sudah rusak sehingga tidak bisa memproduksi kencing.