Israel: Negara Kaya dengan Sejarah Konflik yang Memicu Perdebatan Global
Pada 26 Mei 2024, dunia terguncang oleh serangan kejam Israel terhadap sebuah kamp pengungsian di Rafah, Palestina, yang menewaskan puluhan orang tak berdosa. Aksi militer yang menargetkan daerah padat penduduk ini memicu gelombang kecaman internasional yang pedas, memicu perdebatan sengit tentang tanggung jawab dan impunitas Israel.
Meskipun mendapat kecaman luas, Israel tetap bergeming dalam pendiriannya. Hal ini karena Israel adalah negara maju dan kaya dengan pengaruh yang kuat di panggung global. Didukung oleh Amerika Serikat, sebuah negara adidaya, Israel merasa kebal terhadap tindakan hukum atau konsekuensi apa pun.
Kemakmuran ekonomi Israel yang mencolok kontras dengan konflik yang sedang berlangsung dengan Palestina. Dengan PDB mencapai $522,03 miliar pada tahun 2022, Israel adalah salah satu negara berpenghasilan tinggi di Asia Barat. Sektor teknologi yang berkembang pesat menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Israel, menyumbang 18,1% dari PDB dan 48,3% dari total ekspor pada tahun 2022.
Israel tidak memiliki sumber daya alam seperti minyak, tetapi telah berhasil membangun industri manufaktur yang kuat sejak tahun 1970-an. Pada tahun 1980-an, para insinyur dari Silicon Valley di AS mulai beremigrasi ke Israel, mendirikan pusat penelitian dan pengembangan untuk perusahaan teknologi ternama seperti Microsoft, IBM, dan Intel.
Pada tahun 1990-an, arus insinyur memasuki Israel secara signifikan dari negara-negara bekas Uni Soviet. Aliran tenaga kerja terampil ini lebih lanjut meningkatkan sektor teknologi Israel, menyebabkan pertumbuhan pesat dalam perusahaan rintisan dan pengembangan paten.
Selain sumber pendapatan domestiknya, Israel juga menerima dana penelitian dan pengembangan yang signifikan dari negara-negara seperti AS, Kanada, dan Eropa. Hal ini memungkinkan Israel untuk mempertahankan keunggulan teknologi dan inovasinya.
Kekayaan dan pengaruh global Israel memungkinkan negara tersebut untuk terus mengabaikan hukum internasional dan komitmennya terhadap hak asasi manusia. Israel secara terang-terangan melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan penghentian tindakan militer di wilayah Palestina. Mahkamah Internasional juga telah mengeluarkan perintah yang mengharuskan Israel menghentikan pembangunan permukiman di wilayah yang diduduki.
Namun, Israel mengabaikan seruan ini, mengandalkan dukungan AS untuk memblokir segala tindakan yang berpotensi mengutuk tindakannya. Pengeboman baru-baru ini di Rafah hanyalah contoh terbaru dari sikap arogan Israel dan penolakannya untuk bertanggung jawab.
Konflik Israel-Palestina telah menimbulkan kerugian yang mengerikan bagi warga Palestina, dengan pendudukan Israel yang berkepanjangan, perampasan tanah, dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya. Pada saat yang sama, Israel telah berkembang menjadi negara maju dan kaya.
Kesenjangan mencolok ini telah menimbulkan perdebatan etis mengenai hubungan antara konflik dan pembangunan ekonomi. Beberapa pihak berpendapat bahwa kekayaan Israel dibangun di atas penderitaan rakyat Palestina, sementara yang lain berpendapat bahwa pembangunan ekonomi justru menjadi faktor pendorong perdamaian dan stabilitas.
Masa depan Israel dan hubungannya dengan dunia tetap tidak pasti. Serangan udara baru-baru ini di Rafah telah memperburuk ketegangan dan memicu kekhawatiran bahwa konflik akan meningkat. Namun, jelas bahwa Israel akan terus menjadi pemain utama di panggung global, dan kekayaannya serta pengaruhnya akan terus menjadi sumber perdebatan dan perselisihan.