Suratsuara.com – Neraca perdagangan Indonesia pada Februari melanjutkan surplus sebesar USD 0,87 miliar. Secara kumulatif, surplus neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari hingga Februari 2024 mencapai USD 2,87 miliar.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu menjelaskan, berlanjutnya surplus neraca perdagangan mencerminkan posisi eksternal Indonesia yang masih cukup resilien di tengah gejolak ekonomiglobalyang masih tinggi.
“Kendati demikian, Pemerintah akan terus mengantisipasi risiko global yang ada untuk memitigasi dampaknya pada ekonomi nasional,” ujar Febrio dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu (17/3/2024).
Nilai ekspor Indonesia pada Februari 2024 mencapai USD 19,31 miliar, turun sebesar 9,45% (yoy). Penurunan ini terutama bersumber dari ekspor nonmigas sebesar 10,15% (yoy), akibat penurunan ekspor batubara, besi dan baja, serta minyak sawit.
Adapun Moderasi harga komoditas dan penurunan volume perdagangan global menjadi penyebab menurunnya ekspor nonmigas Indonesia.
Secara sektoral, penurunan terjadi pada ekspor produk industri pengolahan sebesar 11,49% (yoy) serta sektor pertambangan dan lainnya sebesar 7,54% (yoy), sementara sektor pertanian tumbuh 16,91% (yoy). Secara kumulatif, total ekspor pada periode Januari hingga Februari 2024 mencapai USD 39,80 miliar.
Di sisi lain, impor Indonesia di bulan Februari 2024 tercatat sebesar USD 18,44 miliar, tumbuh 5,84% (yoy). Peningkatan impor didorong oleh sektor nonmigas yang tumbuh 14,42% (yoy) dan sektor migas sebesar 23,82% (yoy).
“Peningkatan impor juga dipengaruhi oleh kenaikan impor komoditas utama seperti bahan baku plastik, mesin/peralatan mekanis, dan mesin/perlengkapan elektrik,” jelas Febrio
Dari sisi penggunaan, peningkatan impor terutama berasal dari impor barang konsumsi sebesar 36,49% (yoy), barang modal sebesar 18,52% (yoy), dan impor bahan baku/penolong sebesar 12,82% (yoy).
Tren peningkatan impor di awal 2024 menjadi sinyal membaiknya aktivitas ekonomi domestik. Impor nonmigas masih didominasi oleh Tiongkok, Jepang, dan Thailand dengan share masing-masing sebesar 38,29%; 7,54%; dan 6,44%. Secara kumulatif, total impor Indonesia pada periode Januari hingga Februari 2024 mencapai USD 39,93 miliar.
“Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional dan menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama,” tutup Febrio.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia masih mengalami surplus pada Februari 2024. Namun, terlihat ada penurunan dari sisi besaran surplusnya menjadi USD 870 juta.
Plt KepalaBPSAmalia Adininggar Widyasanti menyampaikan surplus neraca dagang ini memperpanjang tren yang ada.
“Pada Februari 2024, Indonesia kembali mengalami surplus neraca perdagangan sebesar USD 0,87 miliar,” kata Amalia dalam Konferensi Pers, di Jakarta, Jumat (15/3/2024).
Dia mengatakan torehan ini melengkapi tren surplusneraca perdaganganRI hingga 46 bulan secara berturut-turut. Meski begitu, dia mengakui ada penurunan dari sisi angka besaran surplus.
Amalia bilang, angka surplus ini lebih rendah jika dibandingkan dengan periode Januari 2024. Sama halnya dengan angka surplus neraca dagang pada Februari 2023 lalu.
“Surplus ini memperpanjang catatansurplusberuntun menjadi 46 bulan secara berturut-turut, walaupun surplus tersebut lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu,” ujar dia.
Informasi, surplus yang diperoleh dari transaksi perdagangan sektor nonmigas sebenarnya lebih tinggi, yakni USD 2,63 miliar akan tetapi tereduksi oleh defisit perdagangan sektor migas USD 1,76 miliar.
Selama Januari–Februari 2024 sektor migas mengalami defisit USD 3,06 miliar. Namun, masih terjadi surplus pada sektor nonmigas USD 5,93 miliar sehingga secara total mengalami surplus USD 2,87 miliar.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus per Januari 2024 sebesar USD 2,02 miliar.
“Pada Januari 2024neraca perdaganganbarang mencatat surplus sebesar USD 2,02 miliar, yang secara nilai turun USD 1,27 miliar dibandingkan bulan sebelumnya,” kata Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers pengumuman Ekspor-impor Januari 2023, Kamis, 15 Februari 2024.
Amalia mengatakan, capaian ini membuat Indonesia sukses mencatat surplus neraca perdagangan selama 45 bulan beruntun, yang tercatat sejak Mei 2020.
“Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 45 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” ujarnya.
Menurutnya, surplus neraca perdagangan Januari 2024 lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama pada tahun lalu.