Suratsuara.com – Jakarta, ibukota Indonesia yang gemerlap, bising, dan penuh dengan kehidupan, menarik banyak orang dari berbagai penjuru negeri untuk mencari kesempatan dan kemakmuran. Namun, di balik cahaya gemerlapnya, tersembunyi tantangan besar bagi mereka yang ingin hidup layak di tengah-tengah kota metropolitan ini. Salah satu pertanyaan yang muncul secara konsisten adalah: Berapa standar gaji yang dibutuhkan untuk hidup layak di Jakarta?
Menetapkan Standar Gaji: Bukan Sekadar Angka
Menetapkan standar gaji untuk hidup layak di Jakarta bukanlah tugas yang mudah. Kota ini memiliki biaya hidup yang tinggi, dari harga sewa tempat tinggal hingga kebutuhan sehari-hari seperti makanan, transportasi, pendidikan, dan kesehatan. Selain itu, faktor-faktor seperti gaya hidup individu dan tanggungan keluarga juga mempengaruhi perkiraan standar gaji yang dibutuhkan.
Rincian Biaya Hidup di Jakarta
- Tempat Tinggal: Sewa rumah atau apartemen di Jakarta dapat menghabiskan sebagian besar gaji bulanan. Harga sewa bervariasi tergantung pada lokasi dan fasilitas yang disediakan.
- Makanan: Biaya makanan juga bisa menjadi faktor besar. Sementara warung makan dan penjual kaki lima menawarkan opsi lebih terjangkau, restoran dan supermarket menargetkan kelas menengah atas dengan harga yang lebih tinggi.
- Transportasi: Jakarta dikenal dengan kemacetannya yang kronis. Memiliki kendaraan pribadi bisa menjadi beban finansial yang besar, sementara menggunakan transportasi umum seperti bus, kereta api, atau ojek online juga membutuhkan anggaran yang cukup.
- Pendidikan: Bagi mereka yang memiliki anak, biaya pendidikan bisa menjadi beban tambahan yang signifikan. Mulai dari biaya sekolah hingga les privat, pendidikan berkualitas memerlukan alokasi dana yang besar.
- Kesehatan: Jakarta memiliki fasilitas kesehatan yang beragam, mulai dari rumah sakit pemerintah hingga rumah sakit swasta berstandar internasional. Namun, biaya perawatan kesehatan bisa sangat mahal tergantung pada jenis penyakit dan layanan yang dibutuhkan.
Menghitung Standar Gaji
Berdasarkan estimasi, untuk hidup layak di Jakarta, seseorang mungkin memerlukan gaji minimum sekitar dua hingga tiga kali UMK (Upah Minimum Kota). Namun, angka ini bisa bervariasi tergantung pada gaya hidup individu, tanggungan keluarga, dan prioritas finansial.
Tantangan dan Realitas
Meskipun standar gaji telah dihitung, banyak orang di Jakarta masih berjuang untuk mencapainya. Tingginya persaingan di pasar kerja, kurangnya perlindungan tenaga kerja, dan kesenjangan ekonomi menjadi tantangan besar bagi banyak penduduk kota.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menetapkan besaran Upah Minimum Provinsi (UMP) untuk para pekerja di wilayahnya senilai Rp 5.067.381 per bulan. Nilai UMP 2024 DKI Jakarta ini 3,6% lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang senilai Rp 4.901.798.
Meski begitu, pada awal penetapan UMP DKI Jakarta 2024 ini banyak buruh menolak nilai tersebut karena dianggap tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Lantas yang menjadi pertanyaan saat ini, sebenarnya berapa besaran gaji yang diperlukan untuk bisa hidup layak di Jakarta?
Perencana keuangan Eko Endarto mengungkapkan untuk besaran gaji sesuai UMP 2024 seharusnya sudah cukup untuk hidup layak di Jakarta. Sebab besaran UMP sendiri dihitung untuk memenuhi kebutuhan hidup.
“UMP sekarang cukup layak kok, karena Jakarta punya banyak alternatif dari paling murah sampai paling mahal. Tinggal kita pintar-pintar pilih alokasi penggunaan dana,” kata Eko kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Dengan begitu masyarakat setidaknya harus punya gaji Rp 5,06 juta untuk bisa hidup layak di Ibu Kota saat ini. Namun pada akhirnya Eko tidak bisa mengelak bila cukup-tidak cukupnya besaran gaji yang diterima sangat bergantung pada bagaimana cara mereka mengeluarkan uang tersebut.
“Cukup nggak cukup bukan berdasarkan berapa yang masuk ya, tapi bagaimana kita mengeluarkan yang masuk tadi atau bagaimana cara kita mengeluarkannya,” ungkap Eko.
“Jadi kalau besar (gaji) Rp 5 juta apakah cukup, tergantung orangnya. Balik lagi kalau uang dikeluarkannya benar ya cukup, ketika dia mengeluarkan nggak benar ya nggak akan cukup,” tambahnya.
Terlebih lagi saat ini ia melihat gaya hidup masyarakat di ibu kota yang sering kali bersifat konsumtif cenderung boros, seperti kerap nongkrong di kafe atau membeli barang-barang yang sedang tren, hingga ikutan war tiket konser dan lain sebagainya.
Bila demikian, tentu besaran gaji UMP yang diterimanya tidak akan pernah merasa cukup untuk hidup layak di Jakarta. Sebaliknya menurut Eko gaya hiduplah yang harus menyesuaikan pendapatan dan bukan sebaliknya.
“Kalau mengikuti gaya hidup nggak pernah cukup ya, apa lagi mengikuti gaya hidup orang lain dia harus menyamakan diri dengan orang lain pasti nggak akan pernah cukup. Sehingga bukan mengikuti gaya hidup, tapi gaya hidup dia harus mengikuti penghasilan yang diterima. Jadi bukan kebalikannya,” ujar Eko.
“Berarti gaya hidup penghasilan Rp 15 juta akan berbeda dengan gaya hidup penghasilan yang Rp 5 juta. Misalkan kelas kafe-nya (tempat nongkrong), alokasi investasinya, apa yang digunakan untuk utang, itu pasti beda-beda,” pungkasnya.