Suratsuara.com – Dengan pergantian musim yang khas di Indonesia, masyarakat kembali diingatkan akan ancaman Demam Berdarah Dengue (DBD). Kenaikan kasus DBD di Tanah Air diprediksi belum mencapai puncaknya, mengundang perhatian serius dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Meski demikian, kemenkes mengimbau agar masyarakat tidak panik dan tetap waspada.
Menurut data terkini dari Kemenkes, kasus DBD di beberapa wilayah Indonesia terus mengalami peningkatan. Hal ini tentu menjadi perhatian bersama, mengingat DBD merupakan penyakit yang dapat mengancam nyawa jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
Faktor lingkungan yang mendukung perkembangan nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus DBD, menjadi perhatian utama dalam upaya pencegahan. Musim hujan yang berkepanjangan dan meningkatnya volume genangan air di sekitar pemukiman menjadi kondisi ideal bagi nyamuk untuk berkembang biak.
Meskipun demikian, Kemenkes menegaskan bahwa pencegahan dan penanganan DBD masih dapat dilakukan dengan langkah-langkah sederhana. Salah satunya adalah menjaga kebersihan lingkungan sekitar, menguras tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk, dan menggunakan kelambu atau obat anti-nyamuk untuk melindungi diri.
Selain itu, kesadaran masyarakat dalam mencari pertolongan medis secara dini juga menjadi kunci utama dalam mengatasi DBD. Gejala awal DBD seperti demam tinggi, nyeri sendi, dan ruam pada kulit harus segera ditangani oleh tenaga medis yang berkompeten.
Mengingat masih adanya pandemi COVID-19, penting bagi masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku. Menggunakan masker, mencuci tangan secara teratur, dan menjaga jarak fisik akan membantu mengurangi risiko penularan tidak hanya COVID-19 tetapi juga penyakit lain seperti DBD.
Kemenkes juga telah meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana di berbagai fasilitas kesehatan untuk menangani kasus DBD. Ini termasuk peningkatan stok obat-obatan dan tenaga medis yang siap sedia memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Dalam situasi yang memerlukan kewaspadaan ekstra terhadap kesehatan, kolaborasi antara pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat menjadi kunci utama dalam menjaga situasi kesehatan tetap terkendali. Dengan langkah-langkah preventif yang tepat dan responsif terhadap gejala awal, diharapkan kasus DBD dapat ditekan dan kesehatan masyarakat dapat terjaga dengan baik.
Mari kita bersama-sama berperan aktif dalam melawan DBD dan menjaga kesehatan kita serta orang-orang terdekat. Jangan biarkan kepanikan merajalela, tetapi tetaplah waspada dan bertindak dengan bijak demi kesejahteraan bersama.
Dalam beberapa waktu terakhir peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia tengah menjadi sorotan. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) dr Maxi Rein Rondonuwu menuturkan bahwa kenaikan kasus DBD belum sampai puncak.
Ia mengatakan kenaikan kasus akan terus berlanjut pada musim pancaroba ini.
“Hasil pantauan kami terus meningkat. Tapi, belum sampai titik maksimal. Nampaknya, potensi kenaikan masih akan terjadi, mungkin sampai musim pancaroba mendatang,” kata dr Maxi dari keterangan tertulis yang diterima detikcom, Selasa (2/4/2024). dr Maxi menuturkan hingga minggu ke-13, tercatat kasus DBD sudah mencapai 53.131 orang. Sedangkan kasus kematian akibat DBD di Indonesia sudah mencapai 404 orang.
Walaupun kasus DBD belum mencapai puncaknya, dr Maxi mengimbau masyarakat untuk tidak panik, namun tetap waspada. Ia menuturkan bahwa pada saat ini fasilitas kesehatan juga siap menerima pasien DBD.
“Untuk kondisi sekarang BOR (bed occupancy rate) masih aman. Masih ada bed kosong, ruang ICU juga masih tersedia,” sambungnya.
Terkait kewaspadaan penyakit DBD di tengah masyarakat, dr Maxi mengimbau warga untuk bisa tetap terus menjaga kebersihan lingkungan rumah. Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk hingga penerapan 3M plus secara berkala juga harus dilakukan.
Terlebih apabila melihat kondisi cuaca saat ini yang cenderung lebih sering hujan.
“Mulai sekarang, cek kebersihan di rumah maupun lingkungan sekitar, jangan sampai ada barang-barang yang berpotensi menimbulkan genangan air,” ujar Maxi.
“Kalau dibiarkan nanti bisa jadi tempat berkembang biak nyamuk dengue, bila menemukan sebaiknya segera dikuras, dikeringkan, atau ditutup bahkan bila perlu didaur ulang,” tandasanya.
Berdasarkan data dari Kemenkes, Kota Bandung menjadi wilayah dengan jumlah kasus DBD terbanyak dengan 1.741 kasus. Selanjutnya disusul oleh Kota Kendari dengan 1.196 kasus, Bandung Barat dengan 1.143 kasus, Kota Bogor dengan 939 kasus, dan Subang dengan 909 kasus.