Israel Eskalasi Serangan di Rafah, Konflik Diprediksi Berlanjut hingga Akhir Tahun
Jerusalem – Militer Israel telah mengerahkan tank ke kota Rafah di Gaza selatan, menandai tahap baru dalam serangannya yang sedang berlangsung terhadap kelompok militan Hamas. Eskalasi ini memicu kekhawatiran akan pertempuran yang berkepanjangan, dengan Israel menyatakan tekadnya untuk melanjutkan operasi militer selama berbulan-bulan yang akan datang.
Serangan Darat yang Terbatas
Pemerintah Israel menekankan bahwa operasi darat di Rafah bukanlah invasi berskala besar yang akan memicu intervensi internasional. Namun, pengiriman tank ke jantung kota merupakan langkah signifikan yang menunjukkan peningkatan operasi darat.
Penembakan dan Pembunuhan Warga Sipil
Kota Rafah telah menjadi sasaran serangan udara dan penembakan Israel yang intens, sehingga menewaskan sedikitnya 19 warga sipil Palestina, menurut pejabat kesehatan setempat. Israel menuduh Hamas menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia, tuduhan yang dibantah oleh kelompok tersebut.
Pasukan Israel Mundur dari Rafah
Setelah menggerebek Rafah, pasukan Israel mundur ke zona penyangga di dekat perbatasan Mesir. Namun, warga setempat melaporkan bahwa kendaraan lapis baja mereka sempat memasuki beberapa lingkungan pemukiman, menimbulkan kepanikan dan kerusakan.
Panggilan Darurat dari Warga
Warga Rafah telah melaporkan menerima panggilan darurat yang memperingatkan warga di Tel Al-Sultan tentang serangan pesawat tak berawak yang menargetkan pengungsi saat mereka melarikan diri ke daerah yang lebih aman. Wakil direktur layanan ambulans di Rafah, Haitham al Hams, menyatakan bahwa drone tersebut menargetkan warga sipil yang tidak bersenjata.
Desakan Pembukaan Penyeberangan
Menteri Kesehatan Palestina Majed Abu Ramadan mendesak Amerika Serikat untuk menekan Israel agar membuka kembali penyeberangan Rafah guna memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. Penyeberangan tersebut, yang merupakan pintu masuk penting bagi bantuan, telah ditutup oleh Israel sejak serangan militernya dimulai.
Penutupan Penyeberangan Memperburuk Situasi
Abu Ramadan menekankan bahwa penutupan penyeberangan telah “memperumit situasi” di Gaza dan “sangat menghancurkan”. Penutupan tersebut menghambat masuknya pasokan penting, seperti makanan, obat-obatan, dan bahan bakar, serta mempersulit evakuasi warga sipil yang terluka.
US Mendesak Penahanan Diri
Amerika Serikat, sekutu dekat Israel, telah menyerukan penahanan diri dari kedua belah pihak dan menyerukan pembukaan kembali penyeberangan Rafah untuk bantuan kemanusiaan. Namun, Israel sejauh ini menolak untuk membuka penyeberangan tersebut, dengan alasan masalah keamanan.
Konflik Diprediksi Berlanjut
Pernyataan Israel bahwa konflik di Gaza akan berlanjut selama berbulan-bulan atau sepanjang tahun ini menimbulkan kekhawatiran akan pertempuran yang panjang dan berdarah. Pertempuran terus berlanjut dengan gencar di Gaza, dengan serangan udara dan penembakan Israel menargetkan posisi Hamas dan fasilitas lainnya.
Dampak Kemanusiaan
Konflik yang sedang berlangsung telah menimbulkan korban jiwa dan penderitaan yang signifikan bagi warga sipil di Gaza. Infrastruktur utama telah rusak, dan layanan kesehatan kewalahan dengan korban luka-luka. PBB telah memperingatkan bahwa situasi kemanusiaan di Gaza berisiko menjadi krisis kemanusiaan.
Peran Komunitas Internasional
Komunitas internasional menyerukan penghentian segera permusuhan dan dimulainya negosiasi yang dipimpin oleh PBB. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengadakan pertemuan darurat untuk membahas situasi di Gaza, namun gagal mencapai konsensus mengenai resolusi.
Konflik di Gaza terus menjadi sumber keprihatinan yang mendalam bagi dunia, dengan kekhawatiran akan pertempuran yang berkepanjangan dan dampak kemanusiaan yang mengerikan. Komunitas internasional terus mendesak para pihak yang bertikai untuk menahan diri dan memulai proses menuju perdamaian.