Konferensi Puncak Air Dunia di Bali: Peristiwa Bersejarah dengan Hasil Transformatif
Pada 18-24 Maret 2024, Bali menjadi tuan rumah World Water Forum ke-10, sebuah pertemuan global yang sangat penting yang menghimpun para pemimpin dunia, tokoh-tokoh industri, dan pakar air untuk membahas tantangan dan peluang yang dihadapi oleh sumber daya air yang berharga.
Acara ini menandai tonggak sejarah dalam sejarah World Water Forum karena mencatatkan tiga perbedaan mendasar yang membedakannya dari penyelenggaraan sebelumnya:
1. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
Untuk pertama kalinya, World Water Forum disatukan dengan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang dihadiri oleh para kepala negara dan pemerintahan. KTT ini memberikan para pemimpin dunia sebuah platform untuk membahas perlunya tindakan kolektif untuk mengatasi krisis air global.
2. Deklarasi Menteri
Selain KTT, World Water Forum menghasilkan Deklarasi Menteri, sebuah dokumen penting yang menguraikan komitmen para menteri air dari seluruh dunia untuk bekerja sama dalam memastikan akses universal terhadap air bersih dan sanitasi, melindungi ekosistem air, dan mempromosikan pengelolaan air berkelanjutan.
3. Ringkasan Hasil-Hasil dan Tindakan (Compendium of Concrete Deliverables and Actions)
Untuk memberikan dampak nyata, World Water Forum memperkenalkan Compendium of Concrete Deliverables and Actions, sebuah kompilasi dari janji-janji spesifik dan tindakan nyata yang akan diambil oleh pemerintah, organisasi internasional, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengatasi tantangan air.
Melalui tiga inovasi ini, World Water Forum ke-10 di Bali telah meninggalkan jejak abadi pada lanskap manajemen air global.
Konferensi Tingkat Tinggi: Memobilisasi Kepemimpinan Politik
KTT, yang diselenggarakan di awal Forum, mengumpulkan para kepala negara dari Indonesia, Belanda, Singapura, dan negara-negara lain. Para pemimpin ini mengakui urgensi krisis air dan menyerukan tindakan segera untuk memastikan keamanan air bagi generasi mendatang.
Presiden Indonesia, Joko Widodo, menekankan perlunya kerja sama global untuk mengatasi tantangan air yang saling berhubungan, sementara Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte, mengumumkan komitmen Belanda sebesar €100 juta untuk inisiatif air di negara-negara berkembang.
Deklarasi Menteri: Panduan untuk Tindakan Kolektif
Deklarasi Menteri diadopsi oleh lebih dari 100 menteri air pada 22 Maret 2024. Deklarasi ini mencakup 10 prinsip panduan untuk pengelolaan air berkelanjutan, termasuk:
* Mengakui hak asasi atas air dan sanitasi
* Mempromosikan pengelolaan air terpadu
* Melindungi ekosistem air
* Memastikan pembiayaan yang memadai untuk infrastruktur dan layanan air
* Mendorong inovasi dalam teknologi air
Deklarasi ini berfungsi sebagai peta jalan untuk kerja sama internasional dan tindakan nasional guna mengatasi krisis air global.
Ringkasan Hasil-Hasil dan Tindakan: Katalisator untuk Tindakan Nyata
Ringkasan Hasil-Hasil dan Tindakan adalah kompilasi lebih dari 1.000 janji konkrete dan tindakan nyata yang dibuat oleh berbagai pemangku kepentingan. Janji-janji ini berkisar dari investasi dalam infrastruktur air hingga pengembangan teknologi baru dan peningkatan kapasitas.
Misalnya, Bank Dunia berkomitmen untuk menginvestasikan $15 miliar dalam proyek-proyek air di negara-negara berkembang pada tahun 2025. Microsoft mengumumkan peluncuran platform data baru yang akan membantu pemerintah memantau penggunaan air secara real-time. Dan, Universitas Teknologi Delft berkomitmen untuk melatih 1.000 insinyur air baru dalam lima tahun ke depan.
Dampak Abadi
World Water Forum ke-10 di Bali telah menjadi titik balik dalam pengelolaan air global. Melalui KTT, Deklarasi Menteri, dan Ringkasan Hasil-Hasil dan Tindakan, Forum ini telah memobilisasi kepemimpinan politik, menetapkan panduan untuk tindakan kolektif, dan mengkatalisasi tindakan nyata untuk mengatasi krisis air.
Hasil-hasil Forum ini akan memberikan dampak yang langgeng pada pengelolaan air di tahun-tahun mendatang, memastikan masa depan yang berkelanjutan dan aman air bagi generasi saat ini dan mendatang.