Suratsuara.com – Gunung Marapi yang terletak di Sumatera Barat kembali menunjukkan kegiatannya yang mengkhawatirkan dengan semburan abu vulkanik mencapai ketinggian 1500 meter. Letusan ini juga disertai dengan aliran lava pijar yang memunculkan pemandangan menakjubkan namun mengancam bagi penduduk sekitar.
Pada hari Senin, warga sekitar Gunung Marapi dikejutkan oleh suara gemuruh letusan yang terdengar dari kejauhan. Aktivitas vulkanik yang meningkat drastis ini telah memicu kewaspadaan tinggi dari pihak berwenang dan masyarakat setempat.
Menurut Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), letusan Gunung Marapi kali ini termasuk dalam kategori letusan eksplosif, yang dapat menghasilkan awan panas dan aliran piroklastik yang sangat berbahaya. Meskipun demikian, belum ada laporan korban jiwa akibat letusan ini, berkat evakuasi yang dilakukan sebelumnya oleh tim SAR dan relawan.
Gunung Marapi bukanlah gunung berapi baru bagi masyarakat Indonesia. Sejarah letusan-letusan sebelumnya telah meninggalkan jejak yang mengingatkan akan potensi bahaya yang dimiliki gunung ini. Namun demikian, kejadian terkini ini menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam, terutama di wilayah-wilayah rawan seperti daerah sekitar gunung berapi.
Pemerintah setempat bersama dengan lembaga terkait terus memantau perkembangan situasi guna mengantisipasi kemungkinan dampak lebih lanjut dari letusan Gunung Marapi. Evakuasi penduduk yang berada dalam radius bahaya serta distribusi masker untuk melindungi dari abu vulkanik menjadi langkah-langkah awal yang diambil dalam menghadapi kondisi ini.
Dalam konteks global, peristiwa ini juga menjadi momentum untuk mengingatkan akan pentingnya kajian dan mitigasi bencana alam di seluruh dunia. Perubahan iklim dan aktivitas geologi yang semakin tidak terduga menuntut upaya kolaboratif dari berbagai pihak untuk meminimalisir risiko dan melindungi nyawa serta keberlangsungan lingkungan.
Kita semua berharap agar situasi Gunung Marapi dapat segera mereda dan masyarakat sekitar dapat kembali menjalani aktivitasnya dengan aman. Namun, penting bagi kita untuk tetap waspada dan bersiap menghadapi kemungkinan-kemungkinan di masa mendatang, sebagai bagian dari tanggung jawab kita terhadap alam dan sesama manusia.
Gunung Marapi yang terletak di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar) masih terus erupsi sejak 3 Desember 2023.
Pada Rabu (27/3/2024) erupsi terjadi cukup besar terjadi, menyemburkan abu vulkanik 1.500 meter di atas puncak sebanyak tiga kali.
Petugas Pemantau Gunung Api (PGA) Marapi Ahmad Rifandi mengatakan dari data terbaru, erupsi terjadi pada pukul 11:22 WIB. Tinggi kolom abu teramati kurang lebih 1.500 meter di atas puncak 4.391 meter di atas permukaan laut.
“Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat,” jelasnya, Rabu (27/3/2024).
Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 30.4 mm dan durasi sementara ini lebih kurang 47 detik. Kemudian sebelumnya erupsi dengan kolom abu 1.500 meter juga terjadi pukul 00.13 WIB dan pukul 08.39 WIB.
Letusan Marapi kali ini, disertai dentuman dan juga lava pijar dari puncak gunung serta getaran yang dirasakan oleh masyarakat sekitar Marapi.
Wali Jorong Lukok sekaligus Ketua Kampung Siaga Bencana Nagari Sariak Kabupaten Agam mengatakan, pada saat letusan terdengar gemuruh yang cukup panjang.
“Selain gemuruh, kami warga sini juga melihat lava pijar dari puncak gunung, disertai getaran-getaran kecil,” katanya.
Ia mengatakan, daerahnya berada di radius 5,6 km dari puncak kawah Gunung Marapi dan keadaan saat ini sudah kembali normal.
“Masyarakat sempat merasa terkejut dan cemas melihat adanya pijaran api dari puncak gunung,” ia menambahkan.
Pada Selasa (9/1/2024) PVMBG Kementerian ESDM, menaikkan status Gunung Marapi dari waspada menjadi siaga.
Kepala PVMBG, Hendra Gunawan melalui keterangannya menyampaikan kenaikan status Gunung Marapi diikuti dengan sejumlah rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi/ancaman bahaya terkini.
“Kami mengeluarkan sejumlah rekomendasi, yang pertama Masyarakat di sekitar Marapi, pendaki, pengunjung, dan wisatawan agar tidak memasuki dan tidak melakukan kegiatan di dalam wilayah radius 4,5 kilometer dari pusat erupsi (kawah verbeek),” ujarnya.
Kemudian yang kedua Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah, aliran dan bantaran sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi agar selalu mewaspadai potensi atau ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan.
Ketiga, jika terjadi hujan abu maka masyarakat diimbau untuk menggunakan masker penutup hidung dan mulut untuk menghindari gangguan saluran pernapasan (ISPA), serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit.
“Selain itu agar mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang tebal agar tidak roboh,” jelasnya.
Lalu yang keempat, seluruh pihak agar menjaga kondusifs suasana di masyarakat, tidakmenyebarkan narasi bohong, dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya.
“Masyarakat diminta selalu mengikuti arahan dari Pemerintah Daerah,” kata Hendra.
Rekomendasi kelima, Pemerintah Daerah Kota Bukit Tinggi, Padang Panjang, Kabupaten TanahDatar, dan Kabupaten Agam diminta berkoordinasi dengan PVMBG di Bandung atau dengan Pos Pengamatan Gunung Marapi untuk mendapatkan informasi langsung.
Terakhir, masyarakat, instansi pemerintah, maupun instansi terkait lainnya dapatmemantau perkembangan aktivitas maupun rekomendasi Gunung Marapi melalui aplikasi android Magma Indonesia, website Magma Indonesia (www.vsi.esdm.go.id atau https://magma.esdm.go.id), dan media sosial PVMBG.