Eks Presiden Ahmadinejad Terdepak, 6 Kandidat Bersaing dalam Pilpres Iran
Tehran – Otoritas Iran telah mengumumkan daftar kandidat yang lolos seleksi untuk bertarung dalam pemilihan presiden yang akan digelar pada 28 Juni mendatang. Nama yang paling mencolok absen dari daftar tersebut adalah mantan presiden garis keras Mahmoud Ahmadinejad, yang didiskualifikasi untuk ketiga kalinya.
Dilansir dari Al Arabiya pada Senin (10/6/2024), Ahmadinejad telah didiskualifikasi menyusul kegagalannya dalam pencalonan pada tahun 2017 dan 2021. Pemilihan presiden kali ini, yang semula dijadwalkan pada tahun 2025, dipercepat setelah kematian mendadak Presiden Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter pada bulan Mei.
Di Iran, Dewan Wali, sebuah badan ulama dan ahli hukum yang berada di bawah pengawasan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, memiliki kewenangan untuk menyetujui dan menolak kandidat calon presiden.
Ahmadinejad, 67 tahun, pernah menjabat sebagai presiden selama dua periode berturut-turut dari tahun 2005 hingga 2013. Pemerintahannya diwarnai dengan ketegangan dengan negara-negara Barat, khususnya terkait dengan program nuklir dan pernyataannya yang kontroversial mengenai Israel.
Pada tahun 2005, Ahmadinejad memicu kecaman internasional ketika ia mengatakan bahwa Israel harus “dihapus dari peta” dan mengklaim bahwa Holocaust adalah sebuah mitos. Hal ini memicu protes besar-besaran di Iran setelah hasil pemilu pada tahun 2009 kembali memenangkan dia sebagai presiden, yang mengakibatkan penangkapan ribuan orang dan kematian puluhan lainnya.
Setelah menjadi sekutu dekat Pemimpin Tertinggi Khamenei, Ahmadinejad kehilangan dukungan selama masa jabatan keduanya dan sejak itu diasingkan.
Pada Minggu (9/6), Dewan Wali mengumumkan enam kandidat yang akan bersaing dalam pilpres Iran pada 28 Juni mendatang:
1. Mohammad-Bagher Ghalibaf, Ketua Parlemen saat ini
2. Saeed Jalili, mantan perunding nuklir
3. Masoud Pezeshkian, anggota parlemen
4. Alireza Zakani, Wali Kota Teheran
5. Mostafa Pourmohammadi, mantan Menteri Dalam Negeri
6. Amirhossein Ghazizadeh-Hashemi, Wakil Presiden petahana
Di Iran, pemimpin tertinggi, bukan presiden, yang memegang otoritas tertinggi atas semua urusan negara, termasuk kebijakan luar negeri dan program nuklir. Khamenei, 85 tahun, telah menjadi pemimpin tertinggi Iran sejak tahun 1989.
Kekosongan kursi kepresidenan setelah kematian Raisi telah membuka jalan bagi kontes politik baru di Iran. Enam kandidat yang lolos seleksi mewakili beragam pandangan dan faksi dalam sistem politik Iran.
Ghalibaf, calon terdepan, adalah sosok konservatif kuat yang dekat dengan Khamenei. Jalili, seorang analis politik dan perunding nuklir yang keras kepala, juga merupakan kandidat konservatif. Pezeshkian, seorang dokter dan anggota parlemen, mewakili faksi reformis moderat.
Zakani, seorang ahli hukum dan mantan perwira militer, telah mengkampanyekan platform nasionalis populis. Pourmohammadi, seorang ulama garis keras, menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri di bawah Ahmadinejad. Ghazizadeh-Hashemi, wakil presiden yang bertugas mengoordinasikan urusan ekonomi, dianggap sebagai calon teknokrat.
Pemilihan presiden Iran kali ini akan menjadi kontes politik yang ketat. Enam kandidat yang lolos seleksi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hasil pemilu akan berdampak signifikan terhadap masa depan politik Iran dan hubungannya dengan dunia internasional.