Suratsuara.com – Awal pekan ini, pasar keuangan Indonesia menyaksikan pergerakan menarik di pasar valuta asing. Dolar Amerika Serikat (AS) terpantau melemah terhadap Rupiah, dengan nilai tukar mencapai Rp 15.760 per USD. Fenomena ini tidak hanya menjadi sorotan para pelaku pasar, tetapi juga memantik berbagai analisis terkait faktor-faktor yang memengaruhi pergerakan mata uang tersebut.
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pelemahan dolar AS adalah kondisi ekonomi global saat ini. Pasca krisis pandemi COVID-19, banyak negara mengalami pemulihan ekonomi yang beragam. Meskipun AS telah mengalami pertumbuhan yang cukup solid, namun masih terdapat ketidakpastian terkait kebijakan moneter dan fiskal yang dapat mempengaruhi nilai tukar mata uangnya.
Selain itu, kebijakan Bank Indonesia (BI) juga turut berperan dalam dinamika nilai tukar Rupiah. BI memiliki berbagai instrumen kebijakan untuk menjaga stabilitas nilai tukar, termasuk intervensi pasar valuta asing dan pengaturan suku bunga. Langkah-langkah tersebut penting untuk menjaga daya saing ekspor Indonesia sekaligus menjaga stabilitas ekonomi domestik.
Kondisi politik dan geopolitik juga menjadi pertimbangan penting dalam analisis pergerakan dolar AS terhadap Rupiah. Hubungan dagang antara AS dan China, misalnya, dapat memengaruhi sentimen pasar global dan nilai tukar mata uang. Konflik regional atau isu-isu keamanan juga dapat menciptakan ketidakpastian yang berdampak pada pergerakan mata uang secara global.
Bagi pelaku bisnis dan investor, pergerakan nilai tukar mata uang merupakan hal yang perlu diperhatikan dengan cermat. Hedging atau lindung nilai menjadi strategi yang penting untuk mengurangi risiko akibat fluktuasi nilai tukar. Selain itu, pemahaman mendalam mengenai faktor-faktor yang memengaruhi nilai tukar juga diperlukan dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat.
Dengan demikian, pergerakan dolar AS yang melemah terhadap Rupiah pada awal pekan ini menjadi cerminan kompleksitas pasar keuangan global dan pentingnya memahami dinamika ekonomi serta faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar mata uang. Kesadaran dan kewaspadaan terhadap perubahan-perubahan tersebut menjadi kunci dalam mengelola risiko dan meraih peluang di pasar yang dinamis dan kompetitif.
Nilai tukar Dolar AS terhadap rupiah pada pembukaan perdagangan pagi ini melemah. Mata uang Paman Sam tersebut turun 31 poin atau -0,20% ke Rp 15.760.
Mengutip data RTI, Senin (25/3/2024), dolar AS bergerak pada level tertingginya di Rp 15.791 dan terendah di Rp 15.756. Dolar AS menguat secara mingguan 0,54% hingga tahunan 2,37%.
Sementara, pelemahan dolar AS juga terjadi pada mata uang asia lainnya, mulai dari Yen, Yuan hingga dolar Singapura.
Dolar AS melemah terhadap Yuan sebesar 0,44% ke 7,23, dolar juga melemah terhadap Yen sebesar 0,18% ke 151,1 dan juga melemah terhadap dolar Singapura sebesar 0,27% ke 1,34.
Sementara itu, Indeks harga saham gabungan (IHSG) awal pekan ini dibuka di zona merah. Dikutip dari data RTI disebutkan IHSG dibuka pada level 7.350. Pada pukul 09.13 IHSG berada pada level 7.347 dengan level tertinggi 7.353 dan level terendah 7.335.
Untuk volume transaksi 1,1 miliar dan turnover 717,13 miliar dan frekuensi 100.560 kali. Ada 218 saham menguat dan 160 saham melemah dan 187 saham tak bergerak.
Kemudian untuk saham di bursa Asia kompak mayoritas di zona merah. Seperti Nikkei 225 Indeks berada di 40.602 atau melemah 0,70%. Lalu Hang Seng 16.568 atau menguat 0,42%.