IHSG Meroket 0,89%, Sentuh Level Tertinggi 6.879,98
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Jumat (21/6/2024) dengan penguatan signifikan sebesar 0,89%, mencapai level 6.879,98. Penguatan ini melanjutkan tren positif yang terjadi pada perdagangan sebelumnya.
Dalam perdagangan hari ini, sebanyak 355 saham mencatatkan kenaikan, sementara 192 saham mengalami penurunan dan 234 saham tidak berubah. Transaksi yang terjadi mencapai Rp 18,03 triliun, melibatkan 22,79 miliar saham dalam 918.687 kali transaksi.
Faktor Pendukung Penguatan IHSG
Menurut analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama, penguatan IHSG didorong oleh sejumlah faktor pendukung, di antaranya:
1. Sikap Optimistis Pasar Global terhadap Suku Bunga AS
Investor global menunjukkan optimisme terhadap sentimen suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed). Pelaku pasar memprediksi The Fed akan melakukan dua kali penurunan suku bunga pada tahun ini, yakni pada pertemuan September dan Desember.
2. Pertumbuhan Ekonomi Domestik yang Solid
Sentimen positif dari dalam negeri turut mengerek IHSG. Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyatakan optimismenya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap kuat, meskipun rupiah mengalami pelemahan. BI memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh sekitar 4,7-5,5% pada tahun 2024.
3. Revisi Aturan Bursa Efek Indonesia
IHSG juga mendapat dukungan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yang merevisi aturan Full Call Auction (FCA). Aturan baru memungkinkan saham yang masuk dalam daftar FCA keluar setelah 10 hari berturut-turut, mempercepat likuiditas saham.
Sektor Pendukung dan Pelemah
Sektor yang berkontribusi terhadap penguatan IHSG di antaranya:
* Infrastruktur: +2,12%
* Konsumsi: +1,54%
* Keuangan: +1,02%
Sementara itu, sektor yang melemah antara lain:
* Energi: -1,05%
* Teknologi: -0,86%
* Industri Dasar: -0,71%
Prospek IHSG
Nafan Aji Gusta Utama menilai penguatan IHSG masih berpotensi berlanjut dalam beberapa waktu ke depan. Optimisme pasar global, pertumbuhan ekonomi domestik yang solid, dan kebijakan BEI yang mendukung likuiditas saham menjadi faktor pendorong utama.
Namun, investor tetap perlu mencermati potensi risiko, seperti inflasi yang masih tinggi, konflik geopolitik, dan ketidakpastian perekonomian global.