Penurunan Penjualan Mobil Nasional Ditengah Optimisme Industri Pembiayaan
Jakarta – Industri otomotif Indonesia mengalami penurunan penjualan yang signifikan pada periode Januari hingga Mei 2024. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan penurunan sebesar 21% (YoY) menjadi 334.969 unit.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno, mengungkapkan bahwa penurunan penjualan mobil nasional ini sudah diantisipasi oleh pelaku usaha. Melemahnya daya beli masyarakat dan situasi wait & see terkait hasil Pemilu 2024 menjadi faktor utama penurunan tersebut.
Meski terjadi penurunan penjualan mobil, industri pembiayaan masih optimistis mampu mencapai target pertumbuhan di atas 10% pada tahun 2024. Optimisme ini ditopang oleh strategi diversifikasi bisnis yang dilakukan oleh multifinance, yakni dengan memperluas pembiayaan ke sektor investasi, modal kerja, dan dana tunai.
Suwandi Wiratno menjelaskan bahwa industri pembiayaan terus berupaya mencari peluang-peluang baru untuk mendorong pertumbuhan pembiayaan. Salah satu strategi yang diterapkan adalah dengan memperkuat sinergi dengan berbagai sektor bisnis lain, seperti industri properti, infrastruktur, dan energi.
“Kami ingin memberikan solusi pembiayaan yang komprehensif bagi pelaku usaha di berbagai sektor. Dengan diversifikasi bisnis ini, kami yakin dapat mengompensasi penurunan pembiayaan di sektor otomotif,” ujar Suwandi.
Selain diversifikasi bisnis, industri pembiayaan juga berupaya meningkatkan penetrasi pasar dengan memperluas jangkauan layanan ke daerah-daerah. Suwandi mengatakan bahwa masih banyak peluang pembiayaan yang belum tergarap, terutama di wilayah-wilayah luar Jawa.
“Kami terus memperluas jaringan kantor cabang dan menjalin kemitraan dengan lembaga keuangan lokal untuk menjangkau lebih banyak nasabah di daerah-daerah. Kami optimistis bahwa penetrasi pasar yang lebih luas akan berkontribusi positif pada pertumbuhan industri pembiayaan,” imbuhnya.
Meski optimistis, Suwandi mengakui bahwa industri pembiayaan tetap harus mewaspadai risiko yang mungkin muncul, seperti resesi global dan kenaikan suku bunga. “Kami akan terus memantau perkembangan ekonomi dan mengambil langkah-langkah mitigasi yang diperlukan untuk mengantisipasi risiko tersebut,” ujarnya.
Dalam jangka panjang, industri pembiayaan terus berinovasi untuk meningkatkan layanan dan produk pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah. Suwandi berharap pemerintah dapat memberikan dukungan melalui kebijakan yang kondusif bagi pertumbuhan industri pembiayaan.
“Dukungan pemerintah sangat penting untuk menciptakan iklim investasi yang positif dan mendorong industri pembiayaan untuk terus berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional,” pungkas Suwandi.