Masyarakat Kelas Menengah Indonesia Meredam Keinginan Memiliki Mobil, Prioritaskan Kebutuhan Pokok
Sektor otomotif Indonesia menghadapi tantangan baru, yaitu menurunnya minat kelas menengah untuk membeli mobil. Sebuah tren yang membingungkan, mengingat pertumbuhan ekonomi yang relatif kuat.
Prioritas Konsumsi Berubah
Menurut pengamat ekonomi Tauhid Ahmad dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), masyarakat kelas menengah Indonesia kini mengalihkan prioritas konsumsi mereka. Pembelian mobil, yang sebelumnya dianggap sebagai simbol status, kini dipandang sebagai barang tersier yang dapat dikorbankan.
“Kebutuhan pokok menjadi prioritas utama,” tegas Tauhid. “Sementara mobil, meski masih penting, dianggap sebagai kebutuhan sekunder yang dapat ditunda.”
Dampak Inflasi dan Bunga Tinggi
Pergeseran prioritas ini tak lepas dari dampak inflasi yang menggerus daya beli masyarakat. Lonjakan harga mobil yang dipicu oleh kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) telah menambah beban konsumen yang mayoritas bergantung pada kredit untuk membeli mobil.
“Konsumen dihadapkan pada dilema,” jelas Tauhid. “Mereka harus mempertimbangkan kebutuhan pokok versus keinginan memiliki mobil, yang sekarang tampaknya tidak lagi sepadan.”
Penjualan Mobil Merosot
Tren penurunan minat masyarakat terhadap mobil tercermin dalam angka penjualan yang terus merosot. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menunjukkan, penjualan mobil nasional mengalami penurunan tajam sejak awal 2024.
Pada Mei 2024, penjualan pabrik ke diler (whole sales) turun 21% secara year-on-year (yoy), sementara penjualan diler ke konsumen (ritel) terkoreksi 14,4% (yoy).
Perubahan Strategi Produsen
Produsen mobil kini dituntut untuk menyesuaikan strategi mereka dalam mengantisipasi penurunan permintaan. Tauhid memperkirakan produsen akan lebih berhati-hati dalam menetapkan harga jual produk mereka untuk menarik konsumen yang sensitif terhadap harga.
Prospek Sektor Otomotif
Penurunan minat masyarakat terhadap mobil merupakan tantangan besar bagi sektor otomotif Indonesia. Produsen harus berinovasi dan menemukan cara baru untuk menarik konsumen, sementara pemerintah perlu mengatasi masalah inflasi dan daya beli masyarakat.
Apabila tidak ada perbaikan yang signifikan, sektor otomotif Indonesia berpotensi mengalami kontraksi lebih lanjut di masa mendatang.