Sabtu, November 23, 2024
BerandaOtomotifKenapa Truk Bermoncong Tak Dijual Lagi Di Indonesia?

Kenapa Truk Bermoncong Tak Dijual Lagi Di Indonesia?

- Advertisement -

Suratsuara.com – Produsen mulai meninggalkan truk bermoncong dan beralih ke desain baru yang lebih rata atau pesek. Padahal, beberapa dekade lalu, kendaraan komersial tersebut umumnya punya moncong atau bonet untuk menyimpan mesin.

Kini, dengan desain tanpa moncong, produsen truk menaruh mesin di bagian bawah pengemudi. Meski bagian depan kendaraan dibuat rata, namun secara safety atau keamanan diklaim tak masalah.

Santiko Wardoyo selaku Chief Operating Officer atau COO PT Hino Motor Sales Indonesia (HMSI) menjelaskan truk bermoncong memang sudah ditinggalkan secara global. Sebab, desain tersebut dianggap kurang pas untuk kebutuhan komersial di zaman sekarang.

“Rasanya hampir seluruh dunia truknya tanpa bonet, kecuali di Amerika Serikat. Karena mereka ada aturannya dan Hino juga jual truk dengan bonet di sana. Tapi kalau di Asia, Eropa, Australia rata-rata sudah nggak pakai bonet,” ujar Santiko Wardoyo kepada detikOto di Jakarta Pusat.

Santiko secara tak langsung menjelaskan, truk bermoncong secara bisnis juga kurang menguntungkan. Sebab, alih-alih menambah dimensi ke depan, produsen lebih memilih menambah dimensi ke belakang atau pemanjangan kargo untuk memenuhi permintaan konsumen.

“Secara keamanan juga nggak masalah tanpa bonet. Soalnya, truk kan jalannya pelan, nggak sekencang mobil penumpang,” ungkapnya.

Di kesempatan berbeda, beberapa bulan lalu, Seno Wirdiyawantoro selaku Product Division Head Hino Indonesia turut membenarkan, truk tanpa moncong secara bisnis dianggap konsumen lebih menguntungkan.

“Itu (moncong depan) makan panjang bodi. Jadi, panjang bodi yang harusnya bisa jadi (kargo) harus kepotong karena ada moncong. Jadi konsumen lebih memilih moncongnya dihabisin, mesinnya dipindah ke bawah kursi, tapi muatan di belakang ditambah,” tutur Seno saat berbincang dengan detikOto.

- Advertisement -

Lebih jauh, Seno menjelaskan, truk memang didesain untuk mengangkut barang-barang berat. Sehingga, kargo atau ruang angkutnya harus dibuat selega mungkin. Selain itu, menurut dia, secara permintaan pasar, truk pesek juga lebih tinggi dari truk mancung.

“Sebenarnya gini, sekarang truk itu fungsinya untuk apa? Untuk kegiatan niaga. Sekarang kembali lagi bagaimana permintaan pasar. Jadi di Indonesia, kalau pendapat Hino, truk dengan moncong kemungkinan besar tidak laku,” kata Seno.

- Advertisement -
Advertisement
RELATED ARTICLES

Tetap Terhubung

199,856FansSuka
215,976PengikutMengikuti
152,458PengikutMengikuti
284,453PelangganBerlangganan

Most Popular