Tegang di Selat Taiwan: Tiongkok Kutuk Dukungan Militer AS untuk Taiwan
Beijing, 24 April 2024 – Pemerintah Tiongkok mengecam pemberian dukungan militer senilai US$8 miliar Amerika Serikat (AS) untuk Taiwan, dengan memperingatkan bahwa hal itu hanya akan “meningkatkan risiko konflik” di Selat Taiwan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin menyatakan bahwa bantuan militer AS tidak akan membawa keamanan bagi Taiwan. Sebaliknya, menurutnya hal itu justru akan “meningkatkan ketegangan dan risiko konflik di Selat Taiwan”.
“Ini adalah tindakan yang merugikan diri sendiri,” tegas Wang.
Pernyataan Wang datang setelah Kongres AS menyetujui paket bantuan senilai US$95 miliar untuk sekutunya, termasuk Ukraina, Israel, dan Taiwan. Presiden Taiwan yang baru terpilih, Lai Ching-te, menyambut dukungan tersebut, menyebutnya sebagai langkah untuk “memperkuat pencegahan terhadap otoritarianisme” dan “menjaga perdamaian”.
Namun, Tiongkok yang mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri telah memperingatkan akan mengambil “tindakan tegas dan efektif untuk menjaga kedaulatan, keamanan, dan integritas teritorialnya”.
“Bantuan militer tidak dapat menyelamatkan nasib buruk kemerdekaan Taiwan,” kata Wang.
Tiongkok mengutuk Amerika Serikat karena “mempersenjatai Taiwan”, menciptakan “ketegangan baru di Selat Taiwan”, dan “membahayakan perdamaian dan stabilitas”.
Beijing menegaskan bahwa mereka tidak akan pernah berhenti menggunakan kekuatan untuk menguasai Taiwan, yang mereka anggap sebagai provinsi yang memisahkan diri.
Ketegangan di Selat Taiwan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dengan Tiongkok meningkatkan latihan militer dan aktivitas provokatif di sekitar pulau tersebut. Amerika Serikat, di sisi lain, terus memberikan dukungan diplomatik dan militer kepada Taiwan, menegaskan komitmennya terhadap kebebasan dan demokrasi di wilayah tersebut.
Dengan dukungan militer tambahan dari AS, ketegangan di Selat Taiwan diperkirakan akan semakin meningkat. Para analis memperingatkan bahwa situasi ini dapat berujung pada konflik berskala besar, dengan implikasi serius bagi stabilitas kawasan dan perekonomian global.
Upaya diplomatik diperlukan untuk meredakan ketegangan dan mencegah eskalasi lebih lanjut. Namun, mengingat perbedaan mendasar dalam posisi Tiongkok dan Taiwan, resolusi damai terhadap sengketa ini tampaknya sulit dipahami untuk saat ini.