Raja Yordania Terlibat Kecurangan ‘Pandora Papers’, Tuduhan Membantu Israel Menembak Jatuh Drone Iran
Nama Yordania mencuat ke permukaan pemberitaan dunia setelah negara tersebut diduga membantu Israel menembak jatuh drone Iran yang hendak menyerang negara Zionis itu.
Terungkapnya dugaan tersebut menambah sorotan negatif terhadap Yordania, yang sebelumnya diguncang skandal ‘Pandora Papers’ pada 2021. Investigasi yang melibatkan 600 jurnalis tersebut mengungkap praktik korupsi yang dilakukan Raja Yordania Abdullah II, yang menyembunyikan jutaan dolar di surga pajak dan membeli rumah-rumah mewah secara diam-diam di seluruh dunia.
Dokumen-dokumen yang dibocorkan menunjukkan bahwa Raja Abdullah II telah membangun jaringan perusahaan cangkang dan yurisdiksi bebas pajak untuk membangun kerajaan properti senilai US$ 100 juta. Properti tersebut mencakup rumah mewah tepi pantai di Malibu, California; apartemen mewah di Washington, DC; rumah di Ascot, salah satu kota termahal di Inggris; dan apartemen bernilai jutaan dolar di pusat kota London.
Menurut penyelidikan, tiga rumah mewah di Malibu dibeli melalui perusahaan lepas pantai seharga $68 juta oleh Raja Yordania pada tahun-tahun setelah warga Yordania menggelar protes menentang pengangguran dan korupsi.
Kepemilikan properti mewah oleh Raja Abdullah II mengundang kritik karena dianggap tidak sesuai dengan kondisi negara yang relatif miskin. Yordania tidak memiliki kekayaan sebesar monarki Timur Tengah lainnya, seperti Arab Saudi, yang memungkinkan para pemimpinnya memamerkan kekayaan mereka secara terbuka.
“Jika raja Yordania memperlihatkan kekayaannya secara lebih gamblang, itu tidak hanya akan memicu kemarahan rakyatnya, tetapi juga mengecewakan para donor Barat yang selama ini memberikan bantuan keuangan,” kata Annelle Sheline, seorang ahli Timur Tengah di Al Jazeera.
Istana Kerajaan Yordania membela tindakan Raja Abdullah II dengan menyatakan bahwa properti di Amerika Serikat dan Inggris “bukan rahasia”. Alasan privasi dan keamanan disebut menjadi faktor tidak diungkapkannya kepemilikan properti tersebut.
“Ini bukan hal yang aneh atau tidak pantas,” kata pernyataan istana kerajaan.
“Biaya properti ini dan semua pengeluaran terkait dibiayai secara pribadi oleh Yang Mulia. Tak satu pun dari pengeluaran tersebut dibiayai oleh APBN atau kas negara,” lanjut pernyataan itu.
Istana Yordania menjelaskan bahwa properti-properti tersebut digunakan selama kunjungan resmi dan sebagian digunakan untuk kunjungan pribadi. Pengacara Raja Abdullah II menambahkan bahwa semua properti dibeli dengan kekayaan pribadi dan praktik membeli properti melalui perusahaan luar negeri demi privasi dan keamanan adalah hal yang umum dilakukan oleh individu terkemuka.
Sementara itu, dalam perkembangan terkini, Raja Yordania Abdullah II menegaskan bahwa negaranya tidak boleh menjadi medan perang bagi konflik regional. Pernyataan tersebut disampaikan setelah Yordania ikut membantu Israel mencegat serangan rudal, roket, dan pesawat tak berawak yang diluncurkan oleh Iran dan sekutunya.
Raja Abdullah II menegaskan komitmen Yordania untuk menjunjung tinggi keamanan dan kedaulatan negaranya di atas segala pertimbangan. Arab News melaporkan bahwa Yordania tidak bermaksud membela Israel, melainkan menjaga kedaulatannya sendiri.