Kepulangan Harta Karun Kuno Tiongkok, Tanda Kerja Sama Kultur Antar Bangsa
Dalam sebuah langkah bersejarah, Amerika Serikat telah mengembalikan 38 relik kuno yang dijarah dari Tiongkok, menandai sebuah babak baru dalam kerja sama repatriasi budaya antara kedua negara. Peninggalan itu, yang mencakup patung Buddha, artefak ritual, dan perhiasan, diterima di Konsulat Jenderal Tiongkok di New York pada tanggal 17 April.
Ragam Artefak Bersejarah
Artefak yang direpatriasi berasal dari berbagai era penting dalam sejarah Tiongkok, mulai dari Dinasti Ming (1368-1644) hingga Dinasti Qing (1644-1911). Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, menggambarkan peninggalan tersebut sebagai “beraneka ragam barang bernilai sejarah, seni, dan ilmiah yang penting.”
Di antara harta karun yang dikembalikan, terdapat patung Buddha yang sangat langka, peralatan ritual berharga, dan ornamen keagamaan yang rumit. Beberapa artefak ini, seperti pecahan ubin bergambar Buddha, diyakini berasal dari abad ke-16 dan dicuri dari prefektur Ngari di wilayah Tibet.
Kerja Sama Repatriasi
Pengembalian relik ini merupakan bagian dari kerja sama repatriasi budaya yang sedang berlangsung antara Tiongkok dan AS. Kedua negara menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) pada tahun 2009, yang bertujuan untuk mencegah masuknya artefak Tiongkok secara ilegal ke AS.
MoU telah diperpanjang beberapa kali, termasuk pada Januari 2024. Sejak ditandatangani, AS telah memulangkan lebih dari 504 artefak budaya Tiongkok dalam 15 kesempatan yang berbeda.
Komitmen untuk Melindungi Warisan
Pengembalian relik terbaru ini merupakan bukti komitmen Tiongkok untuk melindungi warisannya yang dijarah. Tiongkok telah mengintensifkan upaya repatriasinya melalui ratifikasi konvensi UNESCO dan UNIDROIT mengenai pengembalian barang budaya yang dicuri.
Selain itu, Tiongkok telah menandatangani perjanjian bilateral dengan 26 negara untuk memerangi pencurian, penggalian ilegal, dan penyelundupan benda-benda bersejarah. Hasilnya, lebih dari 150.000 artefak telah dikembalikan ke Tiongkok sejak tahun 1949.
Simbol Persahabatan dan Pertukaran
Pengembalian relik ini tidak hanya merupakan masalah sejarah dan budaya. Mereka juga mewakili simbol kerja sama yang berkembang antara Tiongkok dan AS, serta ikatan yang kuat antara masyarakat kedua negara.
Lin Jian menekankan bahwa pengembalian tersebut “akan mendorong pertukaran budaya dan memberikan dukungan yang efektif untuk meningkatkan pertukaran dan persahabatan antar masyarakat kedua negara.”
Masa Depan Repatriasi
Pengembalian relik-relik ini merupakan langkah penting dalam upaya berkelanjutan Tiongkok untuk merepatriasi warisannya yang hilang. Tiongkok akan terus bekerja sama dengan negara-negara lain dan organisasi internasional untuk memastikan bahwa harta karun budayanya yang dijarah dikembalikan ke rumah aslinya.
Upaya repatriasi ini tidak hanya tentang memulihkan artefak fisik, tetapi juga tentang melestarikan identitas budaya Tiongkok dan memperkuat hubungan antar bangsa. Dengan mengembalikan harta karun kuno ini, Tiongkok dan AS menunjukkan komitmen mereka untuk melindungi warisan bersama umat manusia dan membangun masa depan yang berakar pada pemahaman dan apresiasi satu sama lain.