Suratsuara.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia mengalami penurunan tajam sebesar 1,95% pada penutupan sesi pertama perdagangan hari ini. Penurunan ini menjadi sorotan utama para pelaku pasar modal yang terus memantau perkembangan ekonomi dan keuangan di Indonesia.
Pada pukul 12:00 WIB, IHSG berada di level 5,000. Penurunan ini dipicu oleh berbagai faktor, di antaranya adalah situasi global yang masih dipengaruhi oleh ketidakpastian geopolitik dan krisis energi yang terus berlanjut. Investor juga resah menghadapi potensi kenaikan suku bunga acuan yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.
Menanggapi penurunan IHSG tersebut, Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan tanggapannya. Direktur Utama BEI, Letjen TNI Johnny G. Plate, menegaskan bahwa BEI terus mengawasi kondisi pasar dengan cermat. “Kami memahami kekhawatiran para investor, namun kami percaya bahwa ini adalah bagian dari dinamika pasar yang normal. BEI akan terus berupaya menciptakan lingkungan perdagangan yang sehat dan transparan bagi seluruh pelaku pasar,” ungkapnya.
Plate juga menambahkan bahwa pihaknya telah melakukan koordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kementerian Keuangan, guna memastikan bahwa pasar modal tetap stabil di tengah gejolak ekonomi global.
Para analis pasar pun memberikan pandangan mereka terkait kondisi IHSG saat ini. Menurut Andi Wijaya, analis senior di sebuah perusahaan sekuritas ternama, penurunan IHSG merupakan kesempatan bagi investor jangka panjang untuk membeli saham-saham unggulan dengan harga yang lebih terjangkau. “Meskipun terjadi penurunan hari ini, namun prospek jangka panjang IHSG tetap positif mengingat fundamental ekonomi Indonesia yang masih solid,” ungkapnya.
Namun demikian, analis lainnya mengingatkan bahwa para investor perlu tetap berhati-hati dan memperhatikan risiko yang ada. “Ketidakpastian masih mengintai, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Investor perlu memperhatikan faktor-faktor tersebut dalam pengambilan keputusan investasi mereka,” ujar Putri Cahyani, seorang analis independen yang juga dosen di salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia.
Dengan berbagai pandangan dan tanggapan yang diberikan oleh para pelaku pasar, diharapkan IHSG dapat segera pulih dan kembali menuju tren positif. Tingkat kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia tetap menjadi fokus utama, dan upaya untuk menciptakan stabilitas pasar akan terus dilakukan oleh berbagai pihak terkait.
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada sesi pertama perdagangan saham Selasa (16/4/2024). Koreksi IHSG terjadi di tengah mayoritas sektor saham yang tertekan.
Mengutip data RTI, IHSG tersungkur 1,95 persen ke posisi 7.144,55 pada sesi pertama. Indeks LQ45 terpangkas 3,09 persen ke posisi 933,93. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan. Pada sesi pertama, IHSG berada di level tertinggi 7.285,78 dan terendah 7.066,57.
Sebanyak 486 saham melemah sehingga menekan IHSG. 140 saham menguat dan 160 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.085.268 kali dengan volume perdagangan 14,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 11,4 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.159.
Mayoritas sektor saham tertekan kecuali sektor saham energi naik 1,48 persen dan sektor saham basic mendaki 1,26 persen. Sementara itu, sektor saham industri merosot 0,81 persen, sektor saham nonsiklikal susut 3,19 persen, sektor saham siklikal tergelincir 2,55 persen, sektor saham kesehatan terpangkas 1,6 persen.
Selain itu, sektor saham keuangan turun 2,87 persen, sektor saham properti tergelincir 2,66 persen, sektor saham teknologi terpangkas 1,93 persen, sektor saham infrastruktur susut 1,23 persen dan sektor saham transportasi melemah 2,16 persen.
Sebelumnya Head of Retail Research Analyst BNI Sekuritas Fanny Suherman mengatakan, IHSG berpotensi bergerak sideways pada Selasa, 16 April 2024. Level support berada di 7.180-7240 dan level resist berada di 7.300-7.330.
Selain itu, mengutip Antara, tim riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya menyebutkan tensi geopolitik yang kembali memanas setelah pecah konflik antara Israel dan Iran akan mewarnai bursa saham setelah periode libur Lebaran. Fluktuasi harga minyak dapat menimbulkan efek riak di seluruh dunia karena negara-negara sangat bergantung terhadap komoditas yang digunakan untuk memproduksi bahan bakar.
“Tensi geopolitik di Timur Tengah yang semakin panas membuat para pelaku khawatir akan terdapat perang lebih besar yang dapat membuat ekonomi dunia semakin terpuruk yang menimbulkan ketidakpastian di pasar,”
Secara historis,berdasarkan kajian tim riset Lotus Andalam Sekuritas menyebutkan, guncangan geopolitik menyebabkan volatilitas jangka pendek, bukan penurunan pasar jangka panjang, yang mana dampak jangka pendek yang terlihat adalah ancaman inflasi yang kembali melonjak akibat harga minyak dunia yang saat ini 90 dolar AS per barel.
Dengan kondisi tersebut, dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan melakukan aksi intervensi agar sebisa mungkin menahan volatilitas drastis dari pergerakan rupiah, yang mana pada Selasa ini, Bank Indonesia (BI) akan merilis Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia periode Maret 2024.
Manajemen Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan sejumlah penyebab koreksi IHSG. Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Irvan Susandy menuturkan, ada sentimen global dan domestik yang menekan IHSG.
1.Terjadinya peningkatan tensi politik antara negara-negara Timur Tengah usai serangan lebih dari 300 drone dan rudal oleh Iran ke Israel pada Sabtu, 13 April waktu setempat.
2.Kenaikan US Tresury yield seiring peningkatan inflasi Amerika Serikat dan dinamika geopolitik.
Iklan
1.Beberapa rilis data ekonomi domestik dalam dua minggu terakhir turut mempengaruhi koreksinya IHSG. Inflasi IHK Maret 2024 ercatat sebesar 3,05% (yoy), meningkat dibandingkan bulan Februari 2024 yang sebesar 2,75% (yoy) . Selain itu, cadangan devisa Maret 2024 tercatat sebesar USD140,4 miliar, turun dibandingkan Februari 2024 yang sebesar USD 144 miliar.
2.Periode libur panjang Lebaran 2024 di tengah berbagai sentimen ekonomi global yang terjadi.
“Periode libur panjang Lebaran di Indonesia berlangsung selama 8-15 April 2024 sehingga penyesuaian pasar baru terjadi pada Selasa, 16 April 2024,” ujar Irvan kepada wartawan, Selasa, 16 April 2024.
Adapun indeks bursa-bursa global, seperti Vietnam, Taiwan, China, Korea Selatan, Jepang, Filipina, dan Australia, telah mencatatkan penurunan sebesar lebih dari 2% dalam dua hari terakhir sejak Jumat. “Hal ini mengindikasikan adanya penyesuaian IHSG seiring dengan akumulasi risiko pasar selama periode libur,” kata Irvan.
Pada perdagangan Selasa pekan ini, bursa saham Asia Pasifik mengalami aksi jual usai dunia menanti respons Israel terhadap serangan Iran. Mayoritas bursa saham di Asia turun 2 persen.
Mengutip CNBC, China mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2024. China catat pertumbuhan ekonomi 5,3 persen pada kuartal I 2024 dibandingkan tahun lalu. Pertumbuhan ekonomi China itu lebih cepat dari 4,6 persen, demikian berdasarkan polling ekonom oleh Reuters.
Indeks Kospi di Korea Selatan anjlok 2,37 persen. Indeks Kosdaq susut 2,24 persen. Indeks Nikkei 225 di Jepang tersungkur 2,19 persen. Sedangkan indeks Topix melemah 2,11 persen. Yen menyentuh 154 terhadap dolar Amerika Serikat, level terendah sejak Juni 1990.
Di Australia, indeks ASX 200 merosot 2,05 persen. Indeks Hang Seng di Hong Kong melemah 1,93 persen. Sedangkan indeks CSI 300 susut 1,18 persen usai pengumuman pertumbuhan ekonomi China.
Di Wall Street, indeks Dow Jones melemah 0,65 persen. Indeks S&P 500 terpangkas 1,2 persen dan indeks Nasdaq terbenam 1,79 persen usai saham Salesforce dan saham teknologi anjlok. Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun meningkat menjadi 4,6 persen dan mencatat level tertinggi sejak pertengahan November.