Suratsuara.com – Setiap tahun, tren kesehatan baru muncul dengan klaim revolusioner tentang manfaatnya bagi tubuh manusia. Salah satu tren terbaru yang telah menarik perhatian adalah “detoks ketiak.” Tapi, apakah ini hanya lagi-lagi tren kosmetik yang diciptakan untuk menghasilkan uang, ataukah ada manfaat nyata untuk kesehatan kita?
Detoks ketiak, atau yang lebih dikenal sebagai “underarm detox,” mengklaim bahwa membersihkan ketiak dari bahan kimia yang terdapat dalam deodoran atau antiperspiran dapat membantu tubuh untuk membuang racun dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Tapi, seberapa sahih klaim ini?
Pertama-tama, penting untuk memahami bahwa kulit adalah organ yang memiliki kemampuan alami untuk membersihkan dirinya sendiri. Proses ini melibatkan kelenjar keringat yang mengeluarkan racun dan bahan-bahan berbahaya lainnya dari tubuh. Namun, penggunaan deodoran dan antiperspiran dengan bahan kimia seperti aluminium dan paraben dapat mengganggu proses alami ini, menimbulkan kekhawatiran tentang penumpukan racun di area ketiak.
Berdasarkan pandangan ini, detoks ketiak mungkin terdengar seperti ide yang masuk akal. Namun, penelitian ilmiah yang mendukung klaim ini masih kurang. Sejauh ini, belum ada bukti yang meyakinkan bahwa membersihkan ketiak secara khusus akan memberikan manfaat detoksifikasi yang signifikan bagi tubuh.
Namun demikian, ini tidak berarti bahwa kita tidak perlu memperhatikan apa yang kita aplikasikan di kulit kita. Penggunaan produk yang mengandung bahan-bahan alami dan tidak beracun masih merupakan pilihan yang bijaksana untuk menjaga kesehatan kulit dan tubuh secara keseluruhan. Memilih deodoran atau antiperspiran yang bebas dari aluminium, paraben, dan bahan kimia berpotensi berbahaya lainnya dapat membantu mengurangi paparan terhadap zat-zat ini.
Selain itu, perhatikan juga pada pola makan dan gaya hidup secara keseluruhan. Konsumsi makanan yang sehat, minum air yang cukup, dan menjaga kebersihan diri secara menyeluruh juga merupakan langkah-langkah penting dalam menjaga kesehatan kulit dan tubuh secara keseluruhan.
Jadi, apakah detoks ketiak perlu dilakukan? Jawabannya mungkin tidak langsung ya atau tidak. Sebagian orang mungkin merasa manfaatnya, terutama jika mereka memiliki sensitivitas tertentu terhadap bahan kimia dalam produk perawatan kulit. Namun, untuk sebagian besar orang, fokus pada pemilihan produk yang aman dan gaya hidup sehat secara keseluruhan mungkin menjadi pilihan yang lebih bijaksana daripada mencari “detoks” yang spesifik.
Ketika kita merasakan bau badan yang tidak sedap, biasanya kita mencium ketiak kita. Ya, ketiak memang bisa menjadi sumber bau dari tubuh.
Karenanya banyak orang berusaha menghilangkan bau itu, salah satunya dengan melakukan “detoksifikasi” ketiak menggunakan masker yang terbuat dari bahan-bahan seperti arang dan cuka sari apel. Bahan-bahan ini diyakini membantu menghilangkan racun dan membuka pori-pori yang tersumbat.
Namun apakah kita perlu melakukan detoks untuk mendapatkan ketiak yang bebas bau?
Dermatolog Amy Kassouf, MD, menjelaskan apa itu detoksifikasi ketiak dan apakah hal itu perlu kita lakukan.
Apa itu detoks ketiak ?
Detoksifikasi ketiak adalah peggunaan masker yang dioleskan ke ketiak selama kurang lebih 15 menit. Masker dapat dibuat di rumah dengan bahan-bahan rumah tangga biasa seperti soda kue dan tepung maizena, atau beli jadi karena beberapa merek kecantikan menawarkan masker atau lulurnya sendiri.
Saat memakainya, kita harus tetap mengangkat lengan hingga masker mengering, lalu bilas dengan air, baik menggunakan waslap hangat atau mandi.
Saat kita mengganti deodoran, tubuh memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dengan bahan-bahannya. Hal ini dapat memengaruhi jumlah dan jenis bakteri yang ada di ketiak, sehingga kita mungkin merasakan bau badan yang lebih kuat pada awalnya.
Banyak orang yang beralih dari deodoran aluminium ke deodoran alami melakukan detoksifikasi untuk membantu peralihan tersebut, dan mengklaim bahwa detoks dapat membantu deodoran alami bekerja lebih baik.
Penggemar detoksifikasi ketiak juga menyebutkan bahwa perawatan ini bisa mengekstrak racun melalui kelenjar keringat yang terdapat di ketiak, sehingga membuatnya lebih sehat dan berbau lebih harum.
Namun kenyataannya tidak sesederhana itu, kata Dr. Kassouf.
“Tidak ada alasan yang terbukti secara ilmiah untuk melakukan detoksifikasi,” katanya.
Dan, ingatlah bahwa hati dan ginjal kita dirancang untuk menghilangkan bahan kimia berbahaya, sementara keringat, urin, dan buang air besar juga menghilangkan racun dari tubuh.
Masalah detoks ketiak
Meskipun sebagian besar bahan yang digunakan dalam detoksifikasi ketiak alami, iritasi dapat terjadi akibat bahan kimia abrasif atau basa dan asam yang kuat.
“Umumnya, bahan-bahan seperti tanah liat dan cuka sari apel tidak berbahaya,” kata Dr. Kassouf. “Tanah liat dapat mengikat molekul yang tidak diinginkan di kulit. Cuka sari apel, yang pada dasarnya adalah asam asetat, dapat membantu menjaga pH tetap rendah, sehingga dapat mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan. Tapi terlalu banyak atau terlalu terkonsentrasi pada salah satu produk bisa menyebabkan iritasi.”
Jadi, penting untuk memperhatikan apa yang kita oleskan pada ketiak. Misalnya, air jeruk nipis mungkin tampak seperti pilihan yang aman.
“Tetapi air jeruk nipis segar bisa menimbilkan luka bakar jika ada bagian kulit yang teriritasi atau baru dicukur,” kata Dr. Kassouf. “Bahan itu memang mengandung asam sitrat yang bisa menjadi pengelupas kulit alami dan juga menjaga pH lebih rendah.”
Deodoran alami vs. deodoran aluminium
Bila kamu merasa ketiakmu menimbulkan bau badan, produk apa saja yang bisa dipakai?
“Deodoran hanyalah deterjen atau pewangi yang membantu mengurangi bakteri dan bau yang dihasilkannya. Antiperspiran mengandung aluminium, yang secara kimiawi dapat mematikan kelenjar keringat untuk mengurangi produksi kelembapan,” jelas Dr. Kassouf.
“Sementara produk alami jarang mengandung antiperspiran dan biasanya hanya digunakan sebagai bahan untuk mengurangi atau menutupi bau. Mana yang kamu pilih tergantung pada preferensi masing-masing.”
Mengenai kekhawatiran bahwa deodoran aluminium bisa menyebabkan kanker, Dr. Kassouf mengatakan, “Ada banyak penelitian yang menunjukkan bahwa tidak ada kaitan kanker dengan deodoran aluminium, meskipun ada banyak kekhawatiran,” kata Dr. Kassouf.
Dan jika kita beralih dari deodoran aluminium ke deodoran alami, kita perlu memberi waktu bagi tubuh untuk menyesuaikan diri dengan perubahan bahannya.
Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang menggunakan antiperspiran atau deodoran biasa memiliki lebih sedikit mikroba Staphylococci dibandingkan mereka yang tidak menggunakannya. Dan lebih banyak mikroba Staphylococci ditemukan pada mereka yang tidak menggunakan antiperspiran penghambat keringat.
“Ada kondisi medis yang dapat meningkatkan keringat dan mengubah flora tubuh seperti diabetes, infeksi, atau gangguan tiroid,” kata Dr. Kassouf. “Jika kamu tiba-tiba melihat perbedaan yang signifikan, inilah saat yang tepat untuk mengunjungi dokter.”
Dokter dapat mendiskusikan pilihan seperti antiperspiran berkekuatan klinis, Botox, atau tisu glikopirronium topikal.
Cara menjaga kesehatan ketiak
“Perawatan kulit yang sehat adalah perawatan terbaik untuk kulit ketiak,” kata Dr. Kassouf. Berikut beberapa tip tentang cara menjaga ketiak tetap sehat.
Meskipun mencoba detoksifikasi ketiak kemungkinan besar tidak akan merugikan, pertimbangkan untuk melewatkan masker tanah liat karena tidak banyak membantu.
“Yang dibutuhkan hanyalah perawatan kulit yang baik,” kata Dr. Kassouf. “Perlakuan agresif seharusnya tidak diperlukan lagi.”