Sabtu, November 23, 2024
BerandaKesehatanCiri-ciri Autisme Yang Bisa Muncul Sejak Bayi, Orangtua Perlu Tahu

Ciri-ciri Autisme Yang Bisa Muncul Sejak Bayi, Orangtua Perlu Tahu

- Advertisement -

Suratsuara.com – Autisme merupakan gangguan perkembangan neurologis kompleks yang dapat mempengaruhi interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku seseorang. Penting bagi orangtua untuk mengenali ciri-ciri autisme yang mungkin muncul sejak bayi, karena deteksi dini dan intervensi yang tepat dapat membantu anak mengatasi tantangan tersebut. Berikut adalah beberapa ciri-ciri autisme yang bisa muncul sejak bayi yang perlu orangtua ketahui:

1. Keterlambatan dalam Perkembangan Bahasa

Bayi yang mungkin mengalami autisme dapat menunjukkan keterlambatan dalam perkembangan bahasa. Mereka mungkin tidak merespons panggilan nama mereka, tidak mengeluarkan suara, atau memiliki keterbatasan dalam memahami dan menggunakan kata-kata.

2. Keterbatasan dalam Interaksi Sosial

Ciri lainnya adalah keterbatasan dalam interaksi sosial. Bayi yang berpotensi autis mungkin tidak menunjukkan minat dalam kontak mata, senyum, atau berbagi ekspresi wajah dengan orang lain.

3. Keterikatan pada Pola Perilaku atau Aktivitas Tertentu

Beberapa bayi dengan autisme mungkin menunjukkan keterikatan yang kuat pada pola perilaku atau aktivitas tertentu. Mereka mungkin mengulangi gerakan tubuh atau mainan dengan cara yang terstruktur dan berulang.

4. Sensitivitas terhadap Stimulus Sensorik

- Advertisement -

Sensitivitas terhadap stimulus sensorik seperti suara keras, cahaya terang, atau sentuhan dapat menjadi ciri autisme pada bayi. Mereka mungkin terganggu atau mengalami kesulitan dalam menanggapi rangsangan-rangsangan tersebut.

5 Keterlambatan dalam Kemampuan Motorik Kasar atau Halus

Beberapa bayi dengan autisme juga dapat mengalami keterlambatan dalam kemampuan motorik kasar atau halus. Mereka mungkin lambat dalam belajar duduk, merangkak, berjalan, atau melakukan gerakan halus seperti memegang pensil atau menyusun balok.

6. Kesulitan dalam Mengenali Ekspresi Emosi

- Advertisement -

Mengenali dan merespons ekspresi emosi orang lain merupakan kemampuan sosial yang penting. Bayi dengan autisme mungkin memiliki kesulitan dalam memahami ekspresi emosi, baik dari orangtua maupun dari orang lain di sekitarnya.

7. Keterbatasan dalam Mengembangkan Mainan Pretend atau Bermain Bersama

Mainan pretend atau bermain bersama adalah bagian penting dari perkembangan anak. Bayi dengan autisme mungkin memiliki keterbatasan dalam mengembangkan permainan pretend atau bermain bersama dengan anak lain.

Penting untuk diingat bahwa setiap anak memiliki perkembangan yang unik, dan tidak semua ciri-ciri di atas secara otomatis menunjukkan adanya autisme. Namun, jika orangtua mengamati beberapa ciri tersebut dan memiliki kekhawatiran tentang perkembangan anak mereka, segera berkonsultasi dengan profesional medis atau psikologis untuk evaluasi lebih lanjut sangatlah penting.

Deteksi dini dan intervensi yang tepat dapat membantu anak dengan autisme mengembangkan kemampuan sosial, komunikasi, dan keterampilan lainnya yang diperlukan untuk menjalani kehidupan sehari-hari secara mandiri dan membangun hubungan yang bermakna dengan orang lain. Dengan pemahaman dan dukungan yang tepat dari orangtua dan lingkungan sekitar, anak-anak dengan autisme dapat mencapai potensi mereka yang penuh.

Autisme, atau yang disebut juga dengan gangguan spektrum autisme (Autism Spectrum Disorder/ASD) adalah suatu kondisi perkembangan yang membuat seseorang kesulitan dalam berkomunikasi atau berinteraksi. Para ahli kesehatan menggunakan istilah ASD karena autisme merupakan sebuah spektrum, artinya autisme dapat menyebabkan berbagai perilaku dan karakteristik dengan tingkat keparahan yang bervariasi.

Mereka menyebutnya sebagai gangguan perkembangan karena biasanya berkembang sebelum seseorang berusia 2 tahun. Namun, seseorang dapat didiagnosis ASD pada usia berapa pun.

Dikutip dari laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kemampuan dan kebutuhan pengidap autisme berbeda-beda seiring waktu. Beberapa orang autis dapat hidup dengan mandiri, tapi ada pula beberapa yang memiliki disabilitas parah dan membutuhkan dukungan dan perawatan seumur hidup.

Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti apa penyebab autisme. Namun, beberapa faktor dapat meningkatkan risiko terjadinya autisme, seperti genetik, lingkungan, riwayat penyakit tertentu, dan kelahiran prematur.

Dikutip dari Medical News Today, berikut ciri-ciri autisme sejak bayi yang perlu diketahui.

Seseorang yang mengidap autis cenderung menghindari kontak mata saat berbicara dengan orang lain. Tak hanya itu, anak dengan autisme juga kesulitan untuk fokus pada objek yang diinstruksikan.

Misalnya, ketika orang tua menunjuk ke arah sebuah benda, anak biasanya akan ikut melihat ke arah yang ditunjuk. Sementara anak dengan kondisi autis biasanya kesulitan memahami instruksi nonverbal tersebut dan bisa saja tidak memperdulikan lawan bicara atau objek yang ditunjuk.

Normalnya, bayi sudah dapat merespons jika namanya dipanggil saat berusia sekitar 6 bulan. Namun sebuah studi yang dilakukan pada 2017 mengungkapkan bayi yang mengidap ASD kerap tidak merespons saat namanya dipanggil, bahkan setelah menginjak usia 9 bulan.

Bayi berusia 9 bulan ke atas biasanya sudah bisa melakukan komunikasi nonverbal, seperti menunjuk benda atau meniru suara yang dia dengar.

Sebuah penelitian yang dilakukan pada 2019 menemukan pada usia 18 bulan, anak dengan ASD cenderung minim melakukan komunikasi nonverbal. Hal ini dapat menjadi tanda anak mengalami keterlambatan pada perkembangan kemampuan bahasanya.

Pada usia 4 bulan, bayi biasanya sudah dapat meniru ekspresi seperti tersenyum atau mengerutkan dahi. Lalu pada usia 6 bulan, bayi sudah mulai mengenali dan merespons emosi orang lain.

Sebaliknya, bayi yang mengidap autisme bisa saja tidak merespons terhadap senyuman atau ekspresi wajah lainnya. Mereka juga bisa merespons ekspresi atau pengalaman tertentu dengan ekspresi wajah yang tidak seharusnya.

Bayi dengan ASD dapat lupa atau kehilangan kemampuan yang telah dipelajari sebelumnya. Sebuah studi pada 2015 menemukan hampir 1/3 anak autis kehilangan beberapa keterampilan yang telah dipelajari saat menginjak usia pra sekolah.

- Advertisement -
Advertisement
RELATED ARTICLES

Tetap Terhubung

199,856FansSuka
215,976PengikutMengikuti
152,458PengikutMengikuti
284,453PelangganBerlangganan

Most Popular