Sabtu, Oktober 5, 2024
BerandaPolitikHasto PDIP Ibaratkan Pencalonan Gibran Seperti Sopir Truk Penyebab Kecelakaan Di GT...

Hasto PDIP Ibaratkan Pencalonan Gibran Seperti Sopir Truk Penyebab Kecelakaan Di GT Halim Utama

- Advertisement -

Suratsuara.com – Ketika berbicara tentang politik dan pemilihan kepemimpinan, analogi seringkali digunakan untuk menggambarkan suatu situasi atau kejadian. Baru-baru ini, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto, memberikan pernyataan yang mencuat dalam perbincangan politik nasional. Ia mengibaratkan pencalonan Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), dalam Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Solo seperti seorang sopir truk yang menjadi penyebab kecelakaan di Gerbang Tol (GT) Halim Utama.

Pernyataan tersebut mencerminkan dinamika politik yang tengah terjadi di Indonesia, di mana hubungan keluarga politisi terkenal sering menjadi sorotan publik. Dalam konteks ini, pernyataan Hasto dapat diartikan sebagai pengingat akan risiko politik yang dapat timbul ketika terjadi kesan nepotisme atau keberpihakan terhadap keluarga politisi dalam kontestasi politik.

Analogi tersebut juga mengandung pesan penting tentang tanggung jawab politik dan kualifikasi seseorang dalam menjabat suatu posisi publik. Seperti halnya seorang sopir truk yang harus memenuhi syarat dan memiliki kemampuan yang memadai untuk mengemudikan kendaraan besar tersebut, begitu pula seorang calon pemimpin haruslah memiliki kapabilitas, pengalaman, dan komitmen yang diperlukan untuk memimpin dengan baik.

Pencalonan Gibran Rakabuming Raka sendiri telah menuai pro dan kontra di masyarakat. Sebagian melihatnya sebagai kesempatan untuk memperkuat koneksi politik dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, sementara yang lain mengkhawatirkan potensi dominasi politik keluarga dan merosotnya prinsip meritokrasi dalam seleksi pemimpin.

Namun demikian, Pilwalkot Solo tidak hanya soal nama besar atau kekerabatan dengan tokoh politik terkemuka. Ini juga tentang visi, gagasan inovatif, dan komitmen nyata terhadap kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks ini, warga Solo memiliki tanggung jawab untuk memilih dengan bijak, melihat lebih dari sekadar nama atau latar belakang keluarga, tetapi juga melihat substansi dan integritas para kandidat.

Perbincangan seputar analogi Hasto PDIP ini menjadi cerminan dari dinamika politik lokal yang tak lepas dari sorotan nasional. Hal ini juga mengingatkan akan pentingnya evaluasi yang cermat dalam menilai calon pemimpin, serta menjaga prinsip-prinsip demokrasi, transparansi, dan akuntabilitas dalam proses pemilihan kepemimpinan di berbagai level pemerintahan.

Dengan demikian, Pilwalkot Solo bukan sekadar ajang popularitas atau kepentingan keluarga politik, tetapi juga momentum untuk memilih pemimpin yang mampu menjawab tantangan zaman, membangun kota dengan inklusifitas, dan mengedepankan kepentingan masyarakat secara luas. Hal ini menjadi cerminan dari kedewasaan politik dan kesadaran demokrasi dalam masyarakat Indonesia.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto mengibaratkan pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai wakil presiden pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 layaknya kasus kecelakaan beruntun di Gerbang Tol (GT) Halim Utama yang disebabkan sopir truk mebel.

- Advertisement -

Menurut Hasto, baik sopir truk pemicu kecelakaan beruntun maupun Gibran memiliki kesamaan, yakni masalah krisis kedewasaan.

“Saya memberikan contoh ketika menyampaikan pembicaraan, kebetulan ada persoalan sangat serius ketika di dekat pintu gerbang tol Halim ada sopir truk yang usianya baru 17 tahun, belum punya SIM dan kemudian mengalami dua krisis,” kata Hasto di Media Center Ganja- Mahfud, Jakarta, Senin (1/4/2024).

Hasto menjelaskan, krisis pertama yakni saat sopir truk menyenggol kendaraan lain. Kedua, karena belum cukup dewasa dan berumur, sopir tancap gas hingga menyebabkan kecelakaan beruntun.

“Artinya untuk sopir truk aja diperlukan suatu kedewasaan,” katanya.

- Advertisement -

Ia mengingatkan, bahkan usia menjadi syarat bagi seseorang untuk memiliki SIM. Oleh karena itu yang sama juga berlaku untuk pencalonan presiden dan wakil presiden, dibutuhkan usia cukup yakni syarat usia 40 tahun.

“Ternyata untuk mengatasi konflik, persoalan di lapangan butuh kedewasaan, apalagi untuk memimpin bangsa dan negara. Maka usia 40 tahun sebagai capres dan cawapres itu merupakan suatu usia yang menunjukkan tingkat kematangan,” katanya.

Hasto Kristiyanto juga menyindir, bagaimana sopir truk yang belum cukup usia bisa menyebabkan kecelakaan, apalagi seorang pemimpin.

“Kalau kasus di jalan raya aja menciptakan korban seperti ini, apalagi kalau persoalan-persoalan di tingkat nasional? Jangan-jangan nanti pas rapat kabinet misalnya, sekiranya proses ini tak terbendung karena abuse of power, lebih asik naik sepeda,” ucap Sekjen PDIP ini memungkasi.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengaku khilaf pernah mencalonkan putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi),Gibran Rakabuming Raka, sebagai wali Kota Solo.

Hasto menjelaskan PDIP berani mencalonkan Gibran kala itu lantaran melihat kepemimpinan Presiden Jokowi yang dinilai telah memberikan dampak cukup baik bagi Indonesia.

“Ya, kami jujur saja khilaf ketika dulu ikut mencalonkan Gibran, karena kami juga di sisi lain memang mengakui terhadap kemajuan yang dilakukan PakJokowi,” kata Hasto saat diskusi secara virtual, Sabtu (30/3/2024).

Namun, Hasto menyadari kemajuan yang dilakukan oleh Presiden Jokowi justru memicu utang yang meningkat. Hasto menilai dengan utang yang semakin banyak akan berdampak buruk bagi bangsa Indonesia ke depannya.

“Tapi setelah kami lihat lebih dalam, kemajuan ini ternyata dipicu oleh beban utang yang sangat besar. Utang kita, utang pemerintah itu hampir mencapai 196 miliar dolar AS, ternyata utang swasta dan BUMN itu hampir mencapai 220 milair dolar AS,” jelasHasto.

“Ketika ini digabung, maka ke depan kita bisa mengalami suatu persoalan yang sangat serius,” sambungnya.

Lebih lanjut,politikusPDIPitu menyebut, bukan cuma utang yang ditinggalkan Jokowi, masalah lain yang tak kalah berat maraknya nepotisme di lingkaran kekuasaan. Bahkan semakin terang-terangan.

“Kita lihat,nepotismeitu kita lihat ternyata justru semakin telanjang di depan mata kita. Misalnya, Sekretaris Pak Jokowi, Devid dicalonkan sebagai calon bupati di Boyolali. Itu kan akan merebut basis dari PDI Perjuangan yang selama ini membesarkan,” ujar Hasto.

Wakil presiden terpilih Pemilu 2024,Gibran Rakabuming Rakamenanggapi pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang menyebut bahwa PDIP khilaf mengusung dirinya sebagai calon wali kota Solo. Gibran menyampaikan terima kasih sekaligus meminta maaf kepadaHasto Kristiyanto.

“Saya ikut Pak Hasto, terima kasih Pak Hasto masukannya,” kata Gibran kepada wartawan di Masjid Raya Sheikh Zayed, Solo, Jawa Tengah, dikutip Senin (1/4/2024).

Gibran juga merespons pernyataan Hasto yang menyebut kebijakan Presiden Jokowi justru memicu utang yang meningkat. Ia juga meminta maaf dan menyebut Hasto sebagai sosok yang paling oke.

“Mohon maaf Pak Hasto. Terima kasih. Pak Hasto paling oke,” ucap Gibran.

- Advertisement -
Advertisement
RELATED ARTICLES

Tetap Terhubung

199,856FansSuka
215,976PengikutMengikuti
152,458PengikutMengikuti
284,453PelangganBerlangganan

Most Popular