Jumat, November 22, 2024
BerandaSportPBSI Terus Lakukan Evaluasi Mendalam Meski Sukses Di All England

PBSI Terus Lakukan Evaluasi Mendalam Meski Sukses Di All England

- Advertisement -

Suratsuara.com – PBSI (Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia) telah membuktikan diri sebagai kekuatan dominan dalam arena bulu tangkis internasional, dengan penampilan gemilang mereka di All England baru-baru ini. Namun, keberhasilan tak membuat mereka berpuas diri. Sebaliknya, PBSI tetap melakukan evaluasi mendalam untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi mereka di masa depan.

All England, turnamen yang dianggap sebagai Wimbledon-nya bulu tangkis, menyaksikan para atlet bulu tangkis Indonesia menampilkan performa luar biasa. Dengan pencapaian emas yang gemilang dari ganda putra dan ganda campuran, serta medali perak dari ganda putri, PBSI telah menorehkan prestasi cemerlang. Namun, di balik sorotan kemenangan, PBSI tetap fokus pada peningkatan yang berkelanjutan.

Evaluasi yang dilakukan oleh PBSI setelah All England mencakup berbagai aspek. Pertama-tama, mereka meninjau kembali kinerja atlet di lapangan, menganalisis kekuatan dan kelemahan mereka dalam setiap pertandingan. Dari sini, mereka dapat mengidentifikasi area di mana peningkatan diperlukan, baik dalam hal teknik, taktik, maupun kebugaran fisik.

Selain itu, PBSI juga memperhatikan faktor di luar lapangan. Mereka mengevaluasi program pelatihan, metode pengembangan bakat, dan dukungan infrastruktur yang diberikan kepada atlet. Pendekatan ini memungkinkan mereka untuk memastikan bahwa sumber daya yang tersedia dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung pertumbuhan dan kesuksesan atlet.

Tak ketinggalan, aspek psikologis juga menjadi fokus evaluasi. PBSI memahami pentingnya kesiapan mental dalam persaingan tingkat internasional. Oleh karena itu, mereka bekerja sama dengan psikolog olahraga untuk membantu atlet mengelola tekanan, meningkatkan fokus, dan mempertahankan motivasi mereka dalam menghadapi tantangan.

Selain evaluasi internal, PBSI juga melibatkan analisis eksternal. Mereka mempelajari strategi dan tren dari pesaing utama mereka di tingkat global, mencari wawasan yang dapat meningkatkan daya saing tim Indonesia. Keterbukaan terhadap pembelajaran dari pengalaman orang lain adalah salah satu kunci keberhasilan jangka panjang.

Langkah-langkah yang diambil PBSI pasca-All England bukanlah sekadar upaya reaktif terhadap kinerja tim. Sebaliknya, itu adalah bagian dari budaya organisasi yang menekankan pembaruan berkelanjutan dan peningkatan yang berkelanjutan. Mentalitas ini memungkinkan PBSI untuk tetap relevan dan kompetitif di panggung bulu tangkis dunia.

Keberhasilan di All England hanyalah satu bab dalam perjalanan panjang PBSI. Meskipun pencapaian itu membanggakan, mereka tahu bahwa ada lebih banyak tantangan yang menanti di masa depan. Dengan pendekatan yang berbasis pada evaluasi dan pembelajaran terus-menerus, PBSI bertekad untuk menjaga momentum positif mereka dan mencapai puncak lebih tinggi lagi dalam arena bulu tangkis internasional.

- Advertisement -

Bulutangkis Indonesia tengah berada di jalur positif menyusul dua gelar juara All England 2024. Tapi evaluasi tetap dilakukan karena lawan juga bakal berbenah.

Demikian disampaikan Kepala bidang Pembinaan Prestasi PBSI Ricky Soebagdja. Menurutnya, hal tersebut penting dilakukan karena menjelang Olimpiade seluruh negara akan mengamati peta kekuatan negara satu sama lain.

“Evaluasi akan selalu ada karena pasti semua negara mempelajari permainan-permainan kita dan kita juga harus sebaliknya, terus mempelajari peningkatan-peningkatan lawan,” kata Ricky dalam keterangannya melalui PBSI.

Seperti diketahui, Indonesia unjuk gigi di All England 2024. Di turnamen BWF Super 1000 itu, Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting berhadapan di final tunggal putra, dengan nama pertama jadi juaranya. Ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto juga menjadi jawara. Itu terjadi usai gagal di French Open.

- Advertisement -

Capaian ini pun tak sekadar mendapatkan gelar tapi mengukir sejarah bagi perbulutangkisan Indonesia. Jonatan dan Ginting mengulang prestasi seniornya, Harianto Arbi dengan Ardi Wiranata, pada final All England 1994.

Sementara Fajar/Rian juga mengulang kesuksesan rekan dan pendahulunya yang berhasil juara dua kali beruntun di turnamen bergengsi dan tertua di dunia tersebut. Sebelumnya ada Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon juara All England 2017 dan 2018, kemudian Ricky Soebagdja/Rexy Mainaky pada All England 1995 dan 1996, serta Tjun/Johan Wahjudi.

Bahkan untuk Tjun/Johan mereka empat kali secara beruntun All England 1977, 1978, 1979, 1980. Sebelumnya meteka juga juara di 1974 dan 1975. Di atas mereka ada Christian Hadinata/Ade Chandra yang menjadi juara di All England 1972 dan 1973.

“Ini adalah momen yang sangat baik. Tren yang sangat positif ini harus dipahami oleh para pemain dan para pelatih bagaimana menjaga peak performance-nya ini hingga sampai ke Olimpiade nanti,” ujar Ricky.

“Komitmen dan fokus terhadap sisa waktu sampai dengan Kejuaraan Asia. Setelah itu berebut seeded dan sampai pada puncaknya di Paris nanti. Semoga prestasi di dua sektor ini bisa dipertahankan, tunggal putra dan ganda putra. Dan memantik motivasi untuk sektor lainnya agar bisa lebih baik lagi,” Ricky mengharapkan.

- Advertisement -
Advertisement
RELATED ARTICLES

Tetap Terhubung

199,856FansSuka
215,976PengikutMengikuti
152,458PengikutMengikuti
284,453PelangganBerlangganan

Most Popular