Suratsuara.com – Dalam dunia balap motor, terdapat sejumlah nama yang melambung tinggi di puncak kejayaannya, tetapi hanya sedikit yang mampu memukau dengan kepiawaian dan keberanian seorang bocah berusia belasan tahun. Salah satu nama yang menjadi sorotan adalah Pedro Acosta, si bocah ajaib yang mengguncang panggung MotoGP dengan kecemerlangan dan ketangguhannya.
Memulai Perjalanan yang Luar Biasa
Lahir pada 25 Agustus 2004, di Mazarrón, Spanyol, Pedro Acosta terlahir dalam keluarga yang tidak memiliki sejarah di dunia balap motor. Namun, bakat alami Pedro dalam mengendarai motor mulai terlihat sejak usia dini. Dia mulai menunjukkan ketertarikannya pada balap motor sejak berusia lima tahun dan segera memukau banyak orang dengan kemampuannya yang luar biasa di lintasan.
Meninggalkan Jejak di Serangkaian Kompetisi
Perjalanan Pedro Acosta di dunia balap motor terbilang singkat tetapi penuh prestasi. Ia mulai menarik perhatian pada tahun 2018 ketika ia memenangkan gelar kejuaraan CEV Moto4, menunjukkan bakatnya yang mengagumkan di tingkat nasional. Prestasi ini membuka pintu bagi Pedro untuk memasuki panggung yang lebih besar.
Langkah Kilat Menuju MotoGP
Pada tahun 2021, Pedro Acosta membuat lonjakan yang luar biasa dalam kariernya. Dia berkompetisi di ajang Moto3 dengan tim Red Bull KTM Ajo. Debutnya yang mencengangkan di Grand Prix Qatar 2021 langsung menarik perhatian dunia. Pedro yang masih berusia 16 tahun memenangkan balapan debutnya di kelas Moto3 dengan kecerdasan dan keberaniannya yang luar biasa.
Keajaiban di Setiap Lintasan
Keberhasilan Pedro Acosta di Moto3 bukanlah sekadar keberuntungan semata. Dia membuktikan dirinya sebagai pembalap yang penuh talenta, memiliki naluri balap yang luar biasa, serta kemampuan untuk membaca situasi di lintasan dengan sangat baik. Kemenangan demi kemenangan diraihnya sepanjang musim 2021, dan pada akhir musim, Pedro Acosta mengukir namanya sebagai juara dunia Moto3.
Membuktikan Ketangguhan di Moto2
Setelah memenangkan gelar juara dunia di Moto3, langkah selanjutnya bagi Pedro adalah melangkah ke kelas yang lebih tinggi, Moto2. Meskipun tergolong baru di kelas ini, Pedro Acosta tidak gentar. Dia terus menunjukkan peningkatan pesat, belajar dari pengalaman barunya, dan menunjukkan performa yang mengesankan di setiap balapan.
Inspirasi Bagi Generasi Muda
Kisah sukses Pedro Acosta tidak hanya memukau para pecinta balap motor, tetapi juga memberikan inspirasi bagi generasi muda di seluruh dunia. Kecemerlangannya di lintasan menjadi bukti bahwa dengan dedikasi, kerja keras, dan tekad yang kuat, impian apa pun dapat terwujud, bahkan pada usia yang sangat muda.
Masa Depan yang Penuh Harapan
Bagi Pedro Acosta, masa depannya terlihat cerah di dunia MotoGP. Dengan bakat alaminya yang luar biasa, mental yang tangguh, dan semangat juang yang tak kenal lelah, Pedro memiliki potensi untuk menjadi salah satu pembalap terbesar sepanjang masa.
Julukan Si Bocah Ajaib semakin lekat dengan Pedro Acosta. Ia tampil apik di dua seri pembuka MotoGP bahkan mampu naik podium di MotoGP Portugal.
Pedro Acosta tampil menawan pada gelaran MotoGP Portugal yang berlangsung di Algarve International Circuit Portimao, Minggu (24/3). Ia mampu meraih podium ketiga hanya kalah cepat dari Enea Bastianini dan Jorge Martin.
Pemuda 19 tahun ini bahkan mampu menyalip dua juara dunia yaitu Marc Marquez dan Francesco Bagnaia dalam upayanya meraih podium. Pebalap tim KTM GASGAS Tech 3 ini turut memecahkan rekor sebagai pebalap termuda ketiga yang berhasil naik podium di kelas MotoGP.
Acosta melanjutkan penampilan menjanjikannya sejak di seri pembuka musim ini. Pada MotoGP Qatar, ia bisa finis di peringkat kesembilan.
Acosta sudah digadang-gadang bakal bikin kejutan di musim debutnya di kelas MotoGP musim ini. Ia dianggap sebagai anak ajaib karena hanya butuh waktu tiga musim untuk bisa naik ke kelas MotoGP.
Ia mampu menjadi juara di musim debutnya di Moto3 pada usia 17 tahun. Acosta kemudian hanya butuh dua musim di Moto2 untuk juara sebelum naik ke MotoGP musim ini.
Acosta sendiri mengaku sudah mulai nyaman dengan motornya hingga tampil cukup baik di dua seri awal MotoGP. Pada musim debutnya di MotoGP, pebalap asal Spanyol ini tak sekadar berhasrat meraih prestasi tapi juga mencari ilmu dari para pebalap yang lebih senior.
“Tapi bagaimanapun juga, saya merasa sangat nyaman dengan motornya di kedua balapan, juga di Qatar untuk melakukan overtake. Perasaan ini sangat familiar di Moto2 dan Moto3,” ujar Acosta dikutip dari Crash
“Saya tidak fokus hanya pada lima besar, saya hanya fokus memahami balapan dan bagaimana saya perlu mengamankan ban,” jelasnya.